Bisnis.com, JAKARTA - Pengadilan di India menjatuhkan hukuman mati kepada 38 orang terpidana hari ini, Jumat (18/2/2022) atas serangkaian ledakan bom pada tahun 2008 yang menewaskan puluhan orang di Kota Ahmedabad.
Hukuman itu merupakkan salah satu dari hukuman mati massal terbesar di negara mayoritas beragama Hindu tersebut.
Serangan terkoordinasi di pusat komersial negara bagian Gujarat barat pada tahun 2008 menewaskan 56 orang dan korban luka-luka di pasar dan tempat umum lainnya.
Sebuah kelompok Islam yang menamakan dirinya Mujahidin India mengaku bertanggung jawab dengan mengatakan ledakan itu adalah balas dendam atas kerusuhan agama tahun 2002 di Gujarat yang menewaskan sekitar 1.000 orang.
Pengadilan pada hari Jumat (18/2/2022) menghukum 49 orang atas serangan itu, di mana lebih dari 200 orang terluka.
"Hakim pengadilan khusus AR Patel menjatuhkan hukuman mati kepada 38 dari 49 terpidana," kata jaksa penuntut umum Amit Patel seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (18/2/2022).
Baca Juga
"Sebelas dari terpidana dijatuhi hukuman penjara seumur hidup sampai mati. Pengadilan telah menganggap kasus ini sebagai yang paling langka dari yang langka," katanya.
Para terpidana semuanya dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan konspirasi kriminal. Hampir 80 orang didakwa tetapi 28 dibebaskan.
Persidangan maraton berlangsung lebih dari satu dekade berkat sistem hukum labirin India, dengan lebih dari 1.100 saksi dipanggil untuk bersaksi.
Proses pengadilan sempat ditunda akibat gugatan hukum oleh empat terdakwa untuk mencabut pengakuan.
Polisi juga menggagalkan upaya tahun 2013 oleh lebih dari 12 terdakwa untuk keluar dari penjara dengan menggunakan piring makanan sebagai alat penggali.
Ke-77 terdakwa telah ditahan selama bertahun-tahun, dengan pengecualian satu orang yang ditebus setelah didiagnosis menderita skizofrenia.
Kerusuhan Keagamaan
Ahmedabad adalah pusat kerusuhan keagamaan tahun 2002 yang mematikan yang menyebabkan sedikitnya 1.000 orang, kebanyakan Muslim, ditembak, dan dibakar sampai mati dalam pesta kekerasan sektarian yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia.
Kejadian itu dipicu oleh pembunuhan 59 orang Hindu dalam kebakaran kereta api, kasus di mana 31 Muslim dihukum karena konspirasi kriminal dan pembunuhan saat dalam perjalanan kembali dari salah satu situs paling suci agama Hindu.
Perdana Menteri Narendra Modi pada saat itu adalah kepala pemerintahan negara bagian Gujarat dan kemudian dirundung tuduhan bahwa dia menutup mata terhadap kerusuhan tersebut.
Modi, dari Partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP), dibebaskan dari konspirasi tetapi untuk sementara waktu dikenakan larangan perjalanan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan negara lainnya.