Bisnis.com, JAKARTA - Pada 1674 tsunami raksasa setinggi puluhan meter menimpa Hila dan Lima di Pulau Ambon dan Pulau Seram, sehingga menewaskan 2.322 orang.
Seperti dikutip Wikipedia, ketinggian tsunami yang terjadi hampir 3,5 abad lalu itu mencapai 80 meter. Adapun, BNPB merilis data bahwa ketinggian mencapai 70-90 meter.
"Pada hari ini [17/2], 346 tahun yang lalu, gempa bumi mengguncang Ambon dan sekitarnya, pada malam tanggal 17 Februari 1674." Demikian rilis BNPB yang dikutip Bisnis, Kamis (17/2/2022).
Seperti dicatat oleh Georg Everhard Rumphius (1627-1702), seorang ilmuwan Eropa yang pernah tinggal di Ambon, gempa dan tsunami berdampak pada kerusakan rumah warga serta menelan korban jiwa yang dperkirakan mencapai 2.500 orang meninggal dunia.
Gempa yang terjadi pada antara pukul 19.30–20.00 waktu setempat itu bertepatan dengan perayaan tahun baru China yang berlangsung cukup meriah di sekitar pasar.
"Guncangan yang sangat keras melanda seluruh Pulau Ambon dan pulau di sekitarnya, mengakibatkan 86 orang meninggal dunia tertimpa runtuhan bangunan dan rumah-rumah yang terbuat dari batu mengalami banyak retakan sehingga tidak bisa digunakan lagi."
Setelah gempa bumi, gelombang pasang terjadi di seluruh pesisir Pulau Ambon. Pesisir Utara di Semenanjung Hitu menderita kerusakan yang paling parah, terutama di daerah Ceyt, di antara Negeri Lima dan Hile. Di daerah itu air naik setinggi 40–50 toises atau sekitar 70–90 meter.
Rumphius menjadi salah satu saksi bencana besar yang melanda Ambon masa itu. Bahkan, istri dan anak Rumphius pun turut menjadi korban. "Catatan sang ilmuwan ini merupakan sebagian dari catatan sejarah gempa dan tsunami terkait bencana rapid onset yang pernah terjadi dan paling mematikan di Maluku serta sekitarnya," tulis rilis BNPB.