Bisnis.com, JAKARTA - Profesor Yahya Muhaimin, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) di era Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur meninggal dunia pada Rabu (9/2/2022).
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberi kesan tersendiri terhadap sosok pria kelahiran Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, 17 Mei 1943 itu.
Menurut Haedar tokoh Muhammadiyah itu merupakan sosok guru, tapi tak pernah menggurui.
“Ketika saya studi S2 dan S3 di UGM, beliau banyak memberikan perhatian dan dukungan, disertai pesan-pesan kearifannya yang elegan dan tanpa terkesan menggurui,” kata Haedar dalam keterangan persnya, Rabu (9/2/2022).
Lebih lanjut, Haedar mengenang sosok Yahya Muhaimin sebagai guru dan tokoh Muhammadiyah yang rendah hati, mudah bergaul dan ramah kepada kader muda Muhammadiyah.
"Beliau sosok intelektual teladan yang menunjukkan kata sejalan tindakan. Meski kritis tetap rendah hati dan tidak tampak aura arogansi dengan keilmuannya yang mumpuni,” ujarnya.
Selain itu, menurut Haedar, Yahya Muhaimin merupakan sosok moderat.
“Beliau beberapa kali pesan dengan mengutip pernyataan Pak AR Fakhruddin, “Mengurus Muhammadiyah ojo kenceng-kenceng”. Maksudnya, mengelola urusan Muhammadiyah jangan bertegangan-tinggi, moderat saja,” imbuh Haedar.
Kepribadian beliau memang moderat dan santun tanpa dibuat-buat, menunjukkan sikap aseli pada umumnya kader dan tokoh Muhammadiyah yang menghayati Kepribadian Muhammadiyah.
“Selamat jalan Pak Yahya Muhaimin, jejakmu adalah suluh kecendekiawanan yang autentik bagi kami. Semoga almarhum husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dan ditempatkan di jannatun na’im,” tutup Haedar.
Profil Yahya Muhaimin
Yahya Muhaimin adalah lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1971 dan mendapatkan gelar doktor dari Massachusetts Institute of Technology pada 1982.
Selain pernah menjabat sebagai menteri, Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah, Anggota PP Muhammadiyah periode 2000-2005, dan Atase Dikbud di Washington DC Amerika Serikat. Sehari-hari dosen dan Guru Besar serta pernah menjadi Dekan di Fisipol UGM. Semasa muda aktif dan menjadi tokoh di Ikatan Pelajar Muhamamdiyah.
Di balik profesinya sebagai pengajar, Yahya Muhaimin ternyata pernah menghindari profesi guru. Padahal ibunya yang seorang pendidik pernah membujuknya jadi pengajar.
Titik balik terjadi setelah dua tahun dirinya merampungkan studi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM pada 1973. Anak kedua dari tujuh bersaudara menyadari bahwa jadi guru baginya memang tidak terelakkan.
11 tahun setelahnya, Yahya Muhaimin melanjutkan perjuangan belajarnya di Institut Teknologi Massachusetts, Amerika Serikat dan meraih gelar dokter ilmu politik dengan disertasi ‘The Politic of Client Businessmen; Indonesian Economic Policy 1950-1980’. Selama dua tahun setelahnya, dia mengelola Program S2 Fakultas Sospol UGM.
Bagi Yahya Muhaimin, industri persenjataan merupakan program mahal dan mewah, namun diperlukan Indonesia.
Dia menikah dengan Choifah dan memiliki empat anak. Ia juga dijadikan kolumnis kepada beberapa majalah dan surat kabar. Selain itu ia juga menulis buku Masalah-Masalah Pembangunan Politik (1977) dan Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia (1982, revisi). Keduanya diterbitkan oleh Gadjah Mada Press.