Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mau Invasi Ukraina, Rusia Balas Ancaman Amerika Serikat

Membalas ancaman Presiden AS soal pemberian sanksi pribadi kepada Presiden Vladimir Putin kalau menginvasi Ukraina, Rusia memperingatkan, bahwa langkah itu tidak akan menyakitinya tetapi akan "merusak politik".
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Membalas ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden soal pemberian sanksi pribadi kepada Presiden Vladimir Putin kalau menginvasi Ukraina, Rusia memperingatkan, bahwa langkah itu tidak akan menyakitinya tetapi akan "merusak politik".

Biden mengatakan, bahwa sanksi pribadi terhadap Putin, meskipun merupakan langkah yang langka, dapat dianggap sebagai bagian dari upaya bersama oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Tujuannya untuk meyakinkan Moskow bahwa setiap agresi baru terhadap Ukraina akan menimbulkan kerugian besar dan cepat.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa anggota Kongres AS dan senator yang membahas sanksi pribadi terhadap para pemimpin tinggi Rusia tidak mengetahui fakta bahwa Putin secara hukum dilarang memegang aset, properti, dan rekening bank di luar negeri.

“Sanksi individu terhadap Putin "tidak akan menyakitkan (tetapi) merusak secara politik", kata Peskov seperti dikutiop ChannelNewsAsia.com, Rabu (16/1/2022).

Menurutnya, sanksi itu akan sama dengan memutuskan hubungan diplomatik.

Ketika para pejabat memulai pembicaraan empat negara di Paris, Rusia mengadakan latihan militer baru di darat dan laut dan memindahkan lebih banyak pasukan terjun payung dan jet tempur ke Belarusia, wilayah utara Ukraina. Tujuannya untuk latihan bersama pada bulan depan.

Ukraina menyatakan, bahwa Rusia, yang telah mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasannya tetapi menolak rencana untuk menyerang, berusaha menabur kepanikan.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Moskow belum mengumpulkan pasukan yang cukup untuk serangan skala besar, tetapi itu tidak berarti tidak dapat melakukannya nanti.

Hampir delapan tahun setelah Rusia merebut Krimea dan mendukung pejuang separatis di Donbass di Ukraina timur, bekas republik Soviet telah menjadi titik nyala dalam konfrontasi Timur-Barat yang berpotensi paling berbahaya sejak Perang Dingin.

Rusia mengatakan, krisis itu didorong oleh tindakan NATO dan AS yang menolak memberi jaminan keamanan dari Barat. Janji NATO untuk tidak pernah merekrut Ukraina sebagai anggota yang tidak dipenuhi juga jadi pemicu konflik.

Moskow memandang Ukraina sebagai penyangga antara Rusia dan negara-negara anggota NATO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper