Bisnis.com, JAKARTA - Intelijen Amerika Serikat (AS) memiliki informasi yang menunjukkan Rusia telah menempatkan tim khusus untuk melakukan operasi penyamaran bendera palsu (false flag) di Ukraina timur sebagai dalih untuk invasi.
Operasi bendera palsu atau operasi kambing hitam adalah perbuatan dengan maksud menyamarkan pihak yang sebenarnya bertanggung jawab dan menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam.
Pejabat itu mengatakan AS memiliki bukti bahwa tim operasi dilatih dalam perang perkotaan dan dalam menggunakan bahan peledak untuk melakukan tindakan sabotase terhadap pasukan proksi Rusia sendiri.
Sekretaris Pers Pentagon, John Kirby mengatakan Departemen Pertahanan memiliki informasi yang kredibel yang menunjukkan bahwa Rusia telah "mengkondisikan sejumlah operasi" untuk melakukan "operasi yang dirancang agar terlihat seperti serangan terhadap mereka atau orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina" untuk menciptakan alasan untuk melakukan invasi.
Tuduhan itu memperkuat pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Ukraina kemarin yang mengatakan bahwa tim khusus Rusia sedang mempersiapkan provokasi terhadap pasukan Rusia sendiri dalam upaya untuk menjebak Ukraina.
"Komunitas intelijen kami telah mengembangkan informasi, yang kini telah diturunkan, bahwa Rusia sedang meletakkan dasar untuk memiliki opsi mengarang dalih untuk invasi," kata Sullivan. Dia mengatakan bahwa pola operasinya sama dengan pada tahun 2014. Mereka sedang mempersiapkan pola ini lagi, katanya merujuk pada kejadilan ketika pasukan Rusia merebut wilayah Krimea di Ukraina.
Baca Juga
Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa "unit militer negara agresor dan satelitnya menerima perintah untuk mempersiapkan provokasi semacam itu."
Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, membantah bahwa Moskow sedang mempersiapkan provokasi di Ukraina.
"Sejauh ini, semua pernyataan ini tidak berdasar dan belum dikonfirmasi oleh apa pun," kata Peskov seperti dikutip CNN.com, Sabtu (15/1/2022).
Temuan intelijen AS muncul setelah pertemuan diplomatik selama seminggu antara pejabat Rusia dan negara Barat mengenai pengumpulan puluhan ribu tentara Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.
Akan tetapi, pembicaraan gagal mencapai terobosan apa pun karena Rusia tidak akan berkomitmen untuk mengurangi ketegangan.
Sementara itu, pejabat AS dan NATO mengatakan tuntutan Moskow, termasuk bahwa NATO tidak akan merekrut Ukraina ke dalam aliansi itu, tidak dapat diterima.
Kemarin sejumlah situs web milik pemerintah Ukraina terkena serangan siber yang diduga dilakukan pihak Rusia sebagai upaya sabotase.