Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menetapkan suntikan vaksinasi booster hanya setengah dosis per orang. Tetapi, banyak orang yang bertanya-tanya sejauh mana perlindungan yang bisa diberikan dengan hanya setengah dosis vaksin penguat tersebut.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Booster dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Eddy Fadlyana, menilai setengah dosis untuk vaksinasi booster atau penguat itu cukup.
“Antibodinya meningkat, terus reaksi ikutan atau efek sampingnya lebih kecil,” katanya, dikutip dari tempo.co, Kamis (13/1/2022).
Penilaian itu berdasarkan hasil sementara riset yang dilakukan tim. “Vaksinasi booster selama satu bulan datanya yang half dose sama yang full dose itu tinggi dua-duanya,” ujar Eddy.
Soal berapa lama keampuhan vaksin setengah dosis itu, tim riset belum bisa menjawab. “Nah itu belum tahu, nanti itu, ditelitinya belum selesai,” kata dia.
Rencananya, tim peneliti akan melihat lagi hasil vaksinasi booster setengah dosis itu pada kurun waktu enam bulan hingga setahun setelah penyuntikan.
Baca Juga
Sementara ini dari hasil riset, takaran setengah dosis juga dinilai sanggup mengurangi reaksi ikutan atau efek samping vaksin. “Ternyata reaksi ikutannya berkurang, tapi antibodinya hampir sama, jadi diputuskan setengah dosis juga sudah cukup untuk vaksin booster, bukan yang [vaksin] primer,” ujar Eddy.
Dia mengatakan beberapa vaksin dengan dosis penuh, seperti Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca, menimbulkan reaksi ikutan yang tinggi.
“Pada umumnya sakit kepala, pusing, nyeri otot, berlangsung tiga harian, kan orang nggak bisa kerja apa-apa,” kata dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin, Bandung, itu.
Mengenai strategi vaksinasi booster yang berbeda jenisnya dari yang primer, cara itu dinilainya ideal. Berdasarkan penelitian di luar negeri, metode heterologous atau pemberian vaksin yang berbeda dengan dua suntikan sebelumnya dinilai lebih bagus.
“Karena jadi lebih luas antibodinya, dan jangkauan ke berbagai strain lebih bagus dari hasil riset-riset itu,” ujar Eddy.
Sebelumnya diberitakan tim uji klinis booster vakasin Covid-19 menjadwalkan risetnya dimulai pada awal Desember 2021. Riset itu melibatkan 1.500 relawan, yaitu 900 orang di Jakarta dan 600 orang di Bandung. Adapun tim riset beranggotakan 100 orang.
Pengujian melibatkan tiga vaksin, yaitu dari Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer. Kelompok relawan penerima vaksin ada yang diberi dosis penuh 0,5 mililiter, dan setengahnya atau 0,25 mililiter.
Dari hasil uji klinis vaksin Sinovac sebelumnya sebagai vaksin primer dengan dosis penuh, kadar antibodinya menurun dalam jangka waktu 3-6 bulan.
“Setelah suntikan [vaksin] kedua seiring waktu akan menurun,” kata Eddy yang juga manajer tim riset uji klinis vaksin Sinovac dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Selasa (9/11/2021).
Tim riset mendapat kepercayaan dari WHO dan Kementerian Kesehatan untuk melakukan penelitian vaksin penguat atau ketiga ini. Pemerintah ingin mengetahui hasil vaksinasi setelah sebulan suntikan booster diberikan. Sementara WHO lebih panjang lagi waktu penelitiannya, hingga setengah tahun.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan