Bisnis.com, JAKARTA - African swine fever (ASF) atau dikenal sebagai demam babi Afrika, kini tengah ramai menjadi perbincangan hangat dan dilaporkan telah menyebar ke penjuru negara seperti Republik Dominika dan Haiti.
Demam babi Afrika juga tercatat telah menyebar melalui China, Mongolia dan Vietnam, serta di beberapa bagian Uni Eropa. ASF disebabkan oleh virus DNA dengan untai ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae.
Adapun ASF virus sangat tahan terhadap pengaruh lingkungan, dan stabil pada pH 4-13, serta mampu bertahan hidup dalam darah (4 oC) selama 18 bulan, sementara pada daging dingin selama 15 minggu, dan pada daging beku mampu bertahan selama beberapa tahun. Dalam ham selama 6 bulan dan di dalam kandang babi hanya selama 1 bulan.
Mengutip dari USDA, pada Rabu (12/1/2022), USDA mengatakan bahwa demam babi Afrika adalah penyakit virus yang sangat menular dan mematikan yang bisa menyerang babi domestic, peternakan, babi liar maupun babi hutan dari segala usia.
Pihaknya juga menyatakan, bahwa tidak ada pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk penyakit ini. Satu-satunya cara untuk menghentikan penyakit ini adalah dengan mengurangi populasi semua ternak babi yang terkena atau terpapar.
USDA merupakan layanan inspeksi kesehatan hewan dan tumbuhan telah berupaya dengan bekerja sama pada lembaga federal dan negara lainnya,
Dalam menjalankan industri babi, dan produsen untuk bertindak melindungi babi dan mencegah penyakit ini menyebar.
Adapun tanda-tanda penyakit demam babi Afrika yang perlu diwaspadai, terutama jika Anda tengah menjadi peternak hewan khususnya babi:
1. Demam tinggi
2. Nafsu makan berkurang dan tubuh merasa lemas
3. Kulit merah, bernoda atau lesi kulit
4. Diare dan muntah
5. Batuk dan kesulitan bernafas