Bisnis.com, JAKARTA--Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok mengatakan kepada sekelompok tokoh politik dan intelektual nasional bahwa dia akan mengundurkan diri dalam beberapa jam mendatang, menurut dua sumber yang dekat dengan Hamdok.
Kekuasaan Hamdok dipulihkan pada 21 November menyusul kudeta sebulan sebelumnya yang membuat militer mengambil alih kekuasaan dan mengakhiri kemitraan transisi dengan partai politik.
Sementara beberapa kekuatan politik yang mengambil bagian dalam penyusunan kesepakatan, menghadapi kritik luas dari partai dan masyarakat umum.
Pada Sabtu lalu, ratusan ribu orang berdemo di istana kepresidenan untuk menolak pemerintahan militer dan keputusan Hamdok untuk kembali berkuasa. Dia mengatakan mengambil kekuasaan itu untuk mempertahankan posisi yang menguntungkan selama transisi dan untuk mengakhiri pertumpahan darah.
Sekitar 47 orang tewas dalam tindakan keras terhadap aksi protes terhadap pemerintahan militer, termasuk dua orang meninggal pada Sabtu sebagaimana dikutip TheStar.com.my, Rabu (22/12/2021).
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan kemarin telah menerima laporan pemerkosaan berkelompok terhadap 13 wanita dan anak perempuan.
Sumber yang dekat dengan Hamdok mengatakan sebelumnya dia hanya akan tetap menjabat jika dia memiliki dukungan politik dan jika kesepakatan itu dipatuhi. Dia meminta militer untuk membebaskan tahanan politik, melindungi kebebasan berekspresi dan mengizinkan Hamdok untuk secara independen menunjuk kabinet baru.
Dalam sebuah pernyataan selama akhir pekan, Hamdok mengatakan Sudan beringsut menuju "jurang" akibat ketegangan politik dan kurangnya konsensus pada kesepakatan politik baru.
Kelompok pendukung Hamdok meminta dia untuk tetap di posisinya, tetapi dia bersikeras untuk meninggalkan jabatan, menurut satu sumber menambahkan.