Bisnis.com, JAKARTA – Kasus Covid-19 varian Omicron di dunia tercatat 1.780 orang tersebar di 57 negara. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman memastikan Virus Corona B.1.1.529 itu belum masuk ke RI berdasarkan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).
Metode WGS merupakan pengurutan genom menyeluruh dalam pemeriksaan terhadap sampel dari pasien Covid-19 untuk mendeteksi mutasi Virus Corona.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengirimkan hasil pengurutan seluruh genom atau WGS Virus Corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dari pasien di Indonesia ke lembaga global GISAID.
GISAID merupakan institusi yang dibuat oleh Pemerintah Jerman dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional untuk mempelajari data genetika virus. Lembaga tersebut biasa melakukan studi ribuan genom virus atau mikroba penyebab wabah dunia, termasuk saat ini Virus Corona.
LBM Eijkman kemudian menggunakan alat next-generation sequencing (NGS), untuk mengurutkan genom isolat virus yang berasal dari pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia.
LBM Eijkman mengklaim data awal dari isolat pasien di Indonesia sangat bermanfaat bagi penelitian lanjutan terkait epidemiologi (bagaimana virus berevolusi dan menyebar), pengembangan vaksin, dan obat antivirus.
Baca Juga
Dilansir GSI Lab dalam laman resminya, genom atau WGS adalah prosedur laboratorium untuk menentukan urutan basa dalam genom suatu organisma dalam satu proses.
WGS menyediakan sidik jari DNA yang sangat tepat, yang dapat membantu menghubungkan kasus satu sama lain, sehingga memungkinkan wabah terdeteksi dan dipecahkan lebih cepat.
Langkah
Langkah pertama untuk melakukan WGS pada bakteri misalnya, ilmuwan harus terlebih dahulu melakukan ekstraksi dengan mengambil sel bakteri untuk kemudian diberikan bahan kimia yang bertujuan untuk melepas DNA. Setelah itu, DNA dimurnikan.
LBM Eijkman telah meneliti lebih 9.600 WGS yang sudah diperiksa, varian Delta masih mendominasi Virus Corona di Tanah Air dengan 4.732 kasus. Kemudian, varian Alfa (B.1.1.7) 76 kasus, dan Beta (B.1351), 22 kasus.
“Virus yang bersirkulasi di Indonesia masih didominasi oleh Delta,” ucap Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio, Jumat (8/12/2021).
Para pakar bisa saja menduga varian Omicron semestinya sudah terdeteksi di Indonesia. Namun, hal itu harus berdasarkan pada bukti ilmiah.
"Jadi prediksi atau perkiraan bisa saja dibuat oleh siapa pun berdasarkan hipotesis-hipotesis tetapi semua harus ada bukti, kalau kita bilang itu sudah ada, buktinya mana," ujarnya.
Lebih lanjut, Amin menjelaskan, metode S gene target failure (SGTF) dalam pemeriksaan tes PCR hanya sebagai screening awal untuk mendeteksi dugaan varian Omicron. Dia menegaskan, setiap varian baru Virus Corona hanya bisa dikonfirmasi melalui metode WGS.
"PCR itu tujuannya untuk screening awal, kalau varian Omicron harus dikonfirmasi dengan whole genome sequencing," pungkasnya.