Bisnis.com, SOLO - Seorang perwakilan dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) bernama Stefanus menegur Menteri Seosial (Mensos) Tri Rismaharini soal 'pemaksaan' berbicara pada penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara.
Stefanus yang berbicara menggunakan bahasa isyarat, mengatakan bahwa kemampuan seorang disabilitas berbeda-beda.
"Ibu. mohon maaf, saya mau berbicara dengan ibu sebelumnya. Bahwasanya anak tuli itu memang menggunakan alat bantu dengar tapi tidak untuk kemudian dipaksa bicara. Tadi saya sangat kaget ketika ibu memberikan pernyataan. Mohon maaf, Bu, apa saya salah?" kata Stefanus, dikutip Bisnis dari Youtube Kemensos, Rabu (2/12/2021).
Risma kemudian menjawab bahwa ia ingin mengajarkan kepada para penyandang disabilitas untuk memaksimalkan pemberian Tuhan.
"Stefan, ibu tidak... ibu tidak mengurangi bahasa isyarat, tapi kamu tahu Tuhan itu memberikan mulut, memberikan telinga, memberikan mata kepada kita. Yang ingin ibu ajarkan kepada kalian, terutama anak-anak yang dia menggunakan alat bantu dengar sebetulnya tidak mesti dia bisu, sebetulnya tidak mesti bisu," jelas Risma.
"Kenapa ibu paksa kalian untuk bicara. Ibu paksa memang. Supaya kita bisa maksimalkan pemberian Tuhan kepada kita," lanjutnya.
Baca Juga
Risma kemudian mengatakan bahwa pernyataannya itu dilakukan karena belajar dari pengalaman Angki, Stafus Kepresidenan.
"Saat itu mba Angki bicaranya tidak jelas seperti sekarang. Tapi karena dilatih terus oleh mba Angki, bicaranya sangat jelas,"
Mendengar hal itu, Stefanus pun mengatakan bahwa bahasa isyarat menjadi hal yang sangat penting bagi penyandang disabilitas. Bahasa isyarat diibaratkan sebagai mata dan alat bantu dengar.
Stefanus kemudian menjelaskan bahwa kemampuan penyandang disabilitas berbeda-beda.
"Karakter anak tuli itu bermacam-macam. Jadi ada yang bicaranya tidak jelas, ada yang memang dia tuli sejak kecil dan kemampuan bahasa isyaratnya pun beragam. Jadi itu yang harus dihargai," ujar Stefan.
"Kalau alat bantu dengar itu bisa mendengarkan suara, tapi kalau suaranya tidak jelas itu tidak akan bisa terdengar juga," lanjut Stefanus.
Mendengar penjelasan Stefan, Risma mengatakan bahwa setidaknya penyandang disabilitas harus terus mencoba.
"Ibu pengen coba, seberapa kemampuan anak, terutama anak, untuk dia bisa memaksimalkan telinganya, memaksimalkan mulutnya. tidak boleh menyerah," jelas Risma.