Bisnis.com, JAKARTA — Krisis kemanusiaan akibat perang saudara di Ethiopia membuat sejumlah negara termasuk Jerman dan Prancis menyarankan warganya segera meninggalkan negara tersebut.
AS dan Inggris juga baru-baru ini mengeluarkan nasihat yang sama dan PBB telah memulai apa yang digambarkannya sebagai relokasi sementara beberapa staf. Hal itu terjadi setelah pejuang pemberontak Tigrayan mengatakan bahwa mereka masih bergerak maju menuju ibu kota Addis Ababa.
PM Abiy Ahmed mengatakan dia akan pergi ke garis depan untuk menghadapi pemberontak.
Konflik selama setahun telah menyebabkan krisis kemanusiaan, dengan ratusan ribu menghadapi kondisi seperti kelaparan di utara Ethiopia. Ribuan orang telah terbunuh dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Utusan Khusus AS, Jeffrey Feltman mengatakan sudah ada kemajuan menuju solusi diplomatik, tetapi terancam oleh eskalasi di lapangan seperti dikutip BBC.com, Rabu (24/11).
Dia mengatakan kedua belah pihak tampaknya percaya bahwa mereka berada di puncak kemenangan militer.
Feltman memperingatkan bahwa jika pemberontak bergerak di Addis Ababa maka akan menjadi hal yang tidak dapat diterima dan akan menimbulkan bencana.
Laporan dari garis depan sulit untuk diverifikasi, tetapi Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) mengatakan para pejuangnya menguasai sebuah kota lebih dari 200 km dari Addis Ababa. Pemerintah Ethiopia sebelumnya telah membantah laporan tentang kemajuan pemberontak.
Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan warga negaranya harus berangkat dengan penerbangan komersial pertama yang tersedia, sedangkan Prancis mendesak warganya untuk meninggalkan negara itu tanpa penundaan.
Sementara dokumen keamanan internal PBB mengatakan anggota keluarga yang memenuhi syarat dari staf yang direkrut secara internasional harus dievakuasi pada 25 November.
Sebelumnya AS dan Inggris mengumumkan bahwa mereka menarik staf diplomatik yang tidak penting, dan menyuruh warga lainnya untuk pergi.
Dalam sebuah unggahan di media sosial pada Senin malam, Abiy Ahmed, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 2019, mengatakan dia akan pergi ke garis depan untuk memimpin pasukan pertahanan.
"Mereka yang ingin berada di antara anak-anak Ethiopia, yang akan dipuji oleh sejarah, bangkit untuk negara Anda hari ini. Mari kita bertemu di baris terdepan," ujarnya.