Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah percobaan pembunuhan menggunakan drone dengan bahan peledak mengincar kediaman Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi di Baghdad pada Minggu pagi (7/11/2021).
Dilansir Channel News Asia, serangan tersebut terjadi setelah adanya aksi protes di Ibu Kota Irak setelah hasil pemilihan umum berujung pada kekerasan pada bulan lalu. Sejumlah personel keamanan Kadhimi terluka akibat serangan tersebut.
Sebuah pernyataan dari militer Irak mengatakan bahwa serangan itu menargetkan kediaman Kadhimi dan dia dalam kesehatan yang baik. Namun, mereka tidak memberikan detail lebih lanjut.
Amerika Serikat mengecam serangan tersebut dan menyebutnya sebagai aksi terorisme yang nyata.
"Kami bersyukur mengetahui Perdana Menteri tidak terluka. Aksi terorisme nyata yang kami kutuk ini, sudah menargetkan jantung Irak," jata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ned Price.
Price mengatakan bahwa pihaknya berhubungan erat dengan pasukan keamanan Irak yang bertugas menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan Irak. AS juga telah menawarkan bantuan untuk penyelidikan kasus tersebut.
Baca Juga
Akun Twitter resmi Kadhimi mengungkapkan bahwa Perdana Menteri telah selamat dan meminta agar masyarakat tetap tenang.
Dua pejabat pemerintah setempat mengatakan bahwa terdapat setidaknya satu ledakan yang terjadi di kediaman Kadhimi.
Pasukan keamanan mengatakan kepada Reuters bahwa sebanyak enam personel keamanan pribadi Kadhimi terluka dalam aksi penyerangan itu.
Hingga saat ini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab terhadap aksi yang menargetkan zona hijau di Baghdad yang juga merupakan lokasi gedung parlemen dan kedutaan besar asing.
Sejumlah basis diplomat negara barat mengaku mendengar adanya ledakan dan suara tembakan di wilayah tersebut.
Sebelumnya, sejumlah aksi protes yang dipercayai didukung oleh militan Iran pada 10 Oktober terjadi karena tidak memperoleh kekuatan parlemen. Mereka menuduh ada kecurangan dalam pemungutan suara dan penghitungan suara.
Aksi unjuk rasa ini berujung pada kekerasan pada Jumat yang diikuti dengan tindakan melempari batu kepada polisi di dekat zona hijau hingga personel polisi banyak yang terluka.
Analis independen mengatakan hasil pemilu kali ini merupakan cerminan kemarahan terhadap kelompok bersenjata Iran yang diyakini terlibat dalam pembunuhan hampir 600 pengunjuk rasa yang turun ke jalan dalam demonstrasi anti-pemerintah pada 2019.