Bisnis.com, JAKARTA -- Anas Urbaningrum bakal bebas pada tahun 2022. Kebebasan Anas sudah banyak dinanti-nanti oleh loyalisnya. Anas bagaimanapun tetap menjadi magnet politik dan diharapkan ikut bersuara dalam kontestasi politik 2024 nanti.
Sebagai persiapan, para loyalis Anas berkumpul dan bergabung mendirikan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Tak ada yang tahu apa makna dibalik pendirian partai baru tersebut. Ada yang menduga ini sebagai kendaraan politik Anas usai bebas nanti.
Tetapi banyak pula yang membaca kemunculan PKN sebagai gertakan bagi lawan politik atau pihak yang dituding mengkriminalisasi Anas Urbaningrum.
Yang jelas, sejak kemunculannya PKN memberikan warna tersendiri dalam kancah politik nasional. Apalagi, sebagian besar dari mereka adalah mantan kader atau orang-orang yang terbuang dari Partai Demokrat, pasca pengambilalihan kekuasan oleh keluarga Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu silam.
Sebut saja nama Gede Pasek Suardika yang menjadi Ketua Umum PKN. Politisi tulen asal Bali itu memang dikenal sangat loyal kepada Anas. Saking loyalnya dia kemudian disingkirkan dari Partai Demokrat. Padahal waktu itu Gede Pasel merupakan politisi yang memiliki karir cukup moncer.
Loyalitas Gede Pasek semakin teruji ketia dia menanggalkan jabatannya di Partai Hanura demi bergabung dengan PKN.
Baca Juga
"Berani itu urusan nyali, berhasil itu urusan persiapan dan restu kuasa," demikian kutipan Gede Pasek yang dibagikan melalui akun media sosialnya.
Selain Gede Pasek, di PKN ada sejumlah nama-nama beken lainnya salah satunya Sri Mulyono. Gede Pasek dan Sri Mulyono punya luka sejarah dengan Partai Demokrat. Akankah PKN mampu membalaskan luka sejarah loyalis Anas?
Direktur Eksekutif Voxpol Center and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengemukakan, bahwa meskipun petinggi Partai Demokrat dan loyalis terpidana Anas Urbaningrum memiliki luka masa lalu, namun pendirian partai baru itu dinilai tidak akan memberikan dampak besar kepada Partai Demokrat.
"Partai baru itu tidak akan memberikan dampak ke Partai Demokrat, meskipun pendirinya punya luka sejarah di masa lalu ya," tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Senin (1/11/2021).
Menurut pria yang akrab disapa Ipang tersebut, tokoh sentral pada PKN akan menentukan nasib partai baru itu ke depan. Dia menjelaskan, jika tidak ada tokoh yang bisa menggaet hati publik, maka PKN tidak dapat bertarung pada 2024 nanti.
"Ya kita lihat saja bagaimana cara partai baru ini menggaet hati rakyat," katanya.
Kendati demikian, Ipang mengapresiasi pendirian partai baru tersebut. Dia berharap PKN juga bisa menjalankan roda organisasi yang baik sekaligus memperjuangkan rakyat.
"Bagaimanapun kita tetap mengapresiasi ada partai baru itu ya, meskipun saat ini sudah ada banyak partai," ujarnya.