Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerja Sama Maritim Indonesia & Korea Selatan Makin Erat Lewat MTCRC

Kemitraan di sektor maritim dengan Korea Selatan sangat penting untuk dirajut. Korsel dinilai memiliki teknologi dan penlitian di sektor maritim yang lebih maju dari Indonesia.
Kapal nelayan melintas dengan latar belakang matahari terbit di perairan Selat Malaka, Lhokseumawe, Aceh, Rabu (8/4/2020). -Antara
Kapal nelayan melintas dengan latar belakang matahari terbit di perairan Selat Malaka, Lhokseumawe, Aceh, Rabu (8/4/2020). -Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Korea Selatan terus mempererat kerja sama strategis di sektor kemaritiman. Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) pun terus mengeksplorasi potensi kolaborasi dan penelitian yang melibatkan kedua negara. 

Berawal pada 2011, kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan di bidang ilmu kemaritiman kini sudah memasuki tahun ke-10. Menapaki satu dasawarsa, kedua negara terus menjajaki peluang kemitraan strategis.

Relasi di bidang ilmu kemaritiman antara Indonesia dengan Korsel dalam 5 tahun pertama berjalan lewat kerja sama penelitian antara Korea Institute of Ocean Science & Technology (KIOST) dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Baru pada Mei 2016, kedua negara terikat dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding) tentang kerja sama kemaritiman. Dua tahun berselang, MoU itu dituangkan dalam perjanjian dalam rangka pendirian Pusat Penelitian dan Kerjasama Teknologi Kelautan (PPKT).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengatakan Indonesia mengajak Korea untuk membangun dunia yang mengutamakan prinsip keberlanjutan untuk generasi mendatang. Hal itu disampaikan Luhut saat menyambut kedatangan Menteri Samudera dan Perikanan Republik Korea Moon Seong-Hyeok ke Indonesia.

“Melalui billateral meeting ini, saya harap kolaborasi antara Indonesia dan Republik Korea dapat semakin kuat, utamanya dalam institusi kemaritiman,” ujar Luhut dalam keterangan resmi Rabu (13/10).

Kerja Sama Maritim Indonesia & Korea Selatan Makin Erat Lewat MTCRC

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan bersama Menteri Moon Seong-Hyeok melaksanakan Billateral Meeting dan Memorandum of Understanding (MoU) di Jakarta pada 13 Oktober 2021./https://maritim.go.id/

Secara khusus, dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai berbagai proyek kerja sama Indonesia dan Republik Korea melalui Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC). Beberapa isu kemaritiman yang diangkat antara lain restorasi mangrove, penanganan sampah laut, dan perubahan iklim.

Kedua menteri juga melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait dengan Industri Jasa Instalasi Lepas Pantai. MoU ini juga ditandatangani oleh lima perusahaan yang terkait dalam kerja sama ini, yaitu GasEntec dan Samin MTS dari Korea, PT Elnusa Tbk. (ELSA), PT GTS Indonesia Tbk. (GTSI), serta JSK Shipping dari Indonesia.

“MoU ini dapat menjadi dasar kerja sama antara Indonesia dan Korea untuk pembongkaran platform lepas pantai yang ditinggalkan. Platform lepas pantai yang tidak terpakai akan digunakan untuk artificial coral reefs, akuakultur, wisata laut, dan pusat penelitian,” imbuh Luhut.

Empat isu dibahas dalam MoU tersebut, yaitu pengembangan teknologi terkait industri jasa instalasi lepas pantai, mendorong komunikasi dan kerja sama di sektor swasta, peningkatan kapasitas dan pengembangan sumber daya manusia, dan decommissioning (penutupan fasilitas dan pemulihan lingkungan anjungan migas), dan pemanfaatan kembali pabrik lepas pantai.

“Korea selalu mendukung berbagai kerja sama bilateral dengan Indonesia utamanya terkait isu kemaritiman. Saya harap berbagai industri dapat terus berkembang melalui kerja sama ini,” ujar Moon Seong-Hyeok.

Kerja Sama Maritim Indonesia & Korea Selatan Makin Erat Lewat MTCRC

Menteri Samudera dan Kelautan Korea Selatan Moon Seong Hyeok meninjau operasional e-navigation di kapal milik nelayan yang dimulai sejak Januari 2021 di dermaga kapal Pelabuhan Incheon./https://www.mof.go.kr/

Pertemuan Bilateral dan MoU itu merupakan kelanjutan dari kemitraan sektor kemaritiman yang telah terjalin selama beberapa tahun terakhir.

Dari kacamata Luhut, kemitraan di sektor maritim dengan Korea Selatan sangat penting untuk dirajut. Korea dinilai memiliki teknologi dan pendidikan sektor maritim yang lebih maju dari Indonesia.

Kedua negara, lanjutnya, juga berpotensi untuk bekerja sama di wilayah Laut China Selatan dan Laut Natuna. Luhut juga berharap lebih banyak lagi investasi dari negeri Ginseng ke sektor maritim di Indonesia.

Potensi kerja sama juga dapat diperluas ke sektor kepelabuhan dalam bentuk penguatan kapasitas dan pembangunan pelabuhan ramah lingkungan di beberapa wilayah Indonesia.

PERAN MTCRC


Babak penting kemitraan Indonesia dan Korea Selatan di bidang kemaritiman juga terjadi saat Korea-Indonesia MTCRC diresmikan pada 2018. MTRCR menjadi pusat penelitian bersama antara pemerintah Korea dan Indonesia di bidang teknologi kelautan.

Lembaga yang baru berusia 3 tahun pada September 2021 itu dibentuk untuk memperkuat dan mempromosikan kerja sama praktis di bidang ilmu dan teknologi kelautan, seperti proyek penelitian bersama dan program peningkatan kapasitas.

Hansan Park, Co-Director of the Korea-Indonesia Marine Technology Cooperaton Research Center, mengatakan MTCRC memiliki beberapa aktivitas utama.

Pertama, sebagai platform kemitraan dengan kementerian, institusi, perguruan tinggi, maupun lembaga lainnya.

Kedua, melaksanakan penelitian bersama. Proyek penelitian yang sudah dilahirkan antara lain Operational Oceanography Forecast System Development, Optical Satellite Validation Station Establishment and Application, dan Mid long Term Plan of Korea Indonesia Marine Science and Technology Cooperation.

Kerja Sama Maritim Indonesia & Korea Selatan Makin Erat Lewat MTCRC

Co-Director of the Korea-Indonesia Marine Technology Cooperaton Research Center Hansan Park (kiri) di atas kapal riset ARA dalam operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu./https://maritim.go.id/

Kajian bersama juga dilakukan untuk pengembangan konsep untuk proyek Official Development Assistance (ODA). Ketiga, peningkatan kapasitas (capacity building).

"MTCRC juga melakukan kampanye lingkungan pantai di sekitar Cirebon. Kami ajak komunitas lokal untuk bersih-bersih pantai pada 3 September, hampir 1 ton sampah terkumpul," ujarnya dalam workshop "Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea" yang dilaksanakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation Jakarta, baru-baru ini.

Park menambahkan MTCRC juga turun tangan dalam survei Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) dan membantu Tim SAR kecelakaan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di perairan Kepulauan Seribu pada Januari 2021 dengan kapal riset ARA.

Dua kegiatan itu dilakukan dengan menggunakan kapal survei dan pelatihan ARA, serta peralatan pendukung lainnya, seperti marine sub-bottom profiler for marine geological survey, CTD for marine environment survey, dan submersible hyperspectral radiometers.

Menurut Park, Indonesia memiliki tiga isu utama terkait dengan sektor maritim, yaitu logistik, lingkungan, dan potensi perikanan. Terkait dengan logistik, kerja sama dapat dilakukan dengan mengoperasikan oceanography forecast system dan utilisasi geostationary satellite.

"Indonesia negara yang sangat besar, biaya logistiknya juga lebih tinggi dari Korea. Penerapan teknologi navigasi bisa meningkatkan keselamatan pelayaran dan pengembangan energi untuk efisiensi biaya," tuturnya.

Di sektor budidaya perikanan, Park menyebut potensi kerja sama dengan mengembangkan praktik SMART Aquaculture. Sementara itu, aktivitas perikanan tangkap di Indonesia yang masih banyak terjadi illegal, unreporter, and unregulated (IUU) fishing juga perlu diperangi.

Kendati diakui tidak mudah mengingat wilayah perairan Indonesia yang sangat luas, Park menyebut penerapan monitoring vessel system dan penggunaan remote sensing technology dapat dipertimbangkan untuk meminimalisir penangkapan ikan ilegal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper