Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRIN Ungkap Cara Mendeteksi Gempa Bumi

BRIN menyebut ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gejala gempa bumi.
Arsip- Rumah warga di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, rusak karena getaran gempa bumi yang mengguncang dengan kekuatan Magnitudo 6,7 di Barat Daya Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021)./Antararn
Arsip- Rumah warga di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, rusak karena getaran gempa bumi yang mengguncang dengan kekuatan Magnitudo 6,7 di Barat Daya Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021)./Antararn

Bisnis.com, JAKARTA- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap, bencana gempa dan tsunami yang menelan korban jiwa 90 persen dari total bencana alam. Berikut cara mendeteksi gejala gempa bumi.

Plt. Kepala Pusat Riset Geoteknologi Organisasi Riset Ilmu Kebumian BRIN, DR. Adrian Tohari, Kamis (7/10/2021), menyebut ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gejala gempa bumi.

Penelitian pertama menggunakan anomali geomagnetic dari stasiun Gunungsitoli di Nias.

Hasilnya, anomali geomagnetik muncul beberapa minggu sebelum terjadinya gempa dengan magnitude 5,4 pada tanggal 6 September 2018 dan 5,2 pada tanggal 20 Agustus pada 2020.

“Jadi, dengan menggunakan alat yang kita gunakan bisa diketahui akan terjadi gempa pada beberapa waktu mendatang. Tapi, ini barus sebatas riset dan tentu tantangannya menstandarkan metode untuk bisa memprediksi,” ujarnya.

Selain itu, ada metode anomali GPS untuk memprediksi gempa.

“Namun, hasil risetnya baru direview. Jadi, dengan data-data GPS yang terkumpul ternyata ada anomali yang bisa terjadi sebelum gempa. Misalnya terjadi pada gempa Bengkulu pada tahun 2007. Di samping itu, ada anomaly electron content (TEC). Anomali ini bisa dipelajari gempa bumi dalam jangka waktu pendek,” ungkapnya.

Di samping hal tersebut, BRIN juga telah melakukan beberapa penelitan dengan melacak sejarah gempa bumi, yakni dengan melihat pertumbuhan yang ada di koral permukaan bawah laut.

“Ketika tumbuh di bawah permukaan laut maka akan tumbuh ke atas. Ketika koral itu menyentuh permukaan laut maka dia pertumbuhannya ke samping. Saat terjadi gempa bumi yang menyebabkan penurunan permukaan air laut, maka kemudian pertumuhannya akan berhenti dan kemudian Ketika permukaan air laut kembali normal maka akan bertumbuh ke samping,” jelasnya.

Dari rekaman koral ini,  bisa diketahui rekaman ulang kapan terjadinya gempa-gempa besar di zona barat Sumatra.

“Maka bisa dipahami bahwa kisaran gempa gempa besar di sebelah barat pulau Sumatera zona seduksi itu berkisar 200 tahunan,” ucap Adrian.

Selain itu, untuk mengetahui gempa, bisa juga dengan menggali tanah.

“Ini dilakukan Modrik Daryono di Lembang dan bisa diketahui event-event gempa di sesar Lembang pada tahun 1285-2012. Siklusnya 130 tahunan. Jadi dengan melihat fenomena alam dan menelusuri rekaman-rekaman yang ada di dalam tanah atau pertumbuhan di suatu koral, bisa dilacak sejarah gempa bumi,” ujarnya.

Hal lain yang telah dilakukan BRIN untuk memprediksi gempa yaitu dengan pendekatan paleotsunami.

Hal ini sudah dilakukan sejak 2006 hingga 2020 yang penelitiannya dipimpin oleh Dr. Eko Yulianto. Penelitian tersebut dilaksanakan di pesisir Jawa mulai dari Lebak, Cilacap, Pacitan.

“Hasilnya berhasil ditemukan endpan purba di Pangandaran berumur 400 tahun di Selatan Jawa. Ini kemungkinan ada gempa besar 400 tahun lalu,” imbuhnya.

Sementara, di daerah Lebak ditemukan koloni branching koral yang terangkat dan terkubur oleh lapisan pasir sponge spicule yang tebal di dalamnya mengandung fragmen koral dan cangkang moluska yang mengambang.

Ini mengindikasikan koral tersebut tertimbun oleh endapan tsunami yang cukup besar akibat gempa yang terjadi.

Lalu, ada di Kulon Progo ada endapan tsunami yang ditemukan dalam penelitian 2017.

Kemudian dalam penelitian paleotsunami ini bisa dilacak event-event tsunami besar yang terjadi di Selatan Pulau Jawa. Paling tua terjadi di Ujung Genteng terjadi pada 6430 tahun yang lalu. Ini terjadi secara berulang antara 1800 dan 3000 sebelum masehi.

“Dari penelitian ini bahwa ancaman gempa besar dan menghasilkan tsunami di selatan Pulau Jawa adalah nyata. Ini harus diwaspadai, ini bisa mengedukasi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengantisipasinya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper