Bisnis.com, JAKARTA - Plt. Kepala Pusat Riset Geoteknologi Organisasi Riset Ilmu Kebumian BRIN, DR. Adrian Tohari mengungkapkan bencana di Indonesia umum terjadi setiap tahunnya dan mengalami peningkatan baik dari frekuensi maupun jumlah korbannya.
Tren bencana dari 2009-2019 mengalami peningkatan. Hingga 27 Desember terdapat 3.768 kejadian bencana di Indonesia.
“Bencana hidrometorologi mendominasi kejadian bencana di Indonesia dari tahun 1815-2018 yaitu banjir (35,78 persen), tanah longsor (21,20 persen), gelombang pasang (1,34 persen). Sedangkan jumlah korban bencana yang berakibat pada korban jiwa adalah karena gempa bumi dan tsunami. Dari 2000-2020 korbannya mencapai 90 persen,” ujarnya dalam diskusi virtual bertajuk “Riset dan Inovasi untuk Indonesia Tangguh Bencana,” Kamis (7/10/2021).
“Dari data-data ini kita bisa mengetahui kejadian bencana yang sering terjadi menghasilkan efek yang rendah. Sedangkan bencana yang jarang terjadi justru berakibat lebih besar,” lanjutnya.
Adapun daerah-daerah yang rawan gempa ini ada di beberapa wilayah. Diantaranya di barat pulau Sumatera dan selatan pulau Jawa, serta di daerah tubrukan lempeng Indonesia bagian timur. Sementara sumber gempa yang ada di pualu barat Sumatera dan selatan Jawa itu mempunyai hiposenter yang sangat dangkal, yakni 0-100.
“Ini cenderung akan menghasilkan ancaman susulan berupa tsunami. Sedangkan gempa yang ada di utara pulau Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara itu mempunyai hiposenter yang cukup dalam,” jelasnya.
Menurut Adrian, untuk membangun Indonesia tangguh bencana harus diturunkan kerentanan di masyarakat dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghadapi ancaman. Sebab, akan sulit menghadapi bencana jika kita tak mengenali ancaman dan peningkatan kapasitas masyarakat.
“Sangat sulit atau mahal menurunkan ancamannya. Tapi jika kita mengenali ancaman dan kapasitas masyarakat akan menurunkan risiko bencana,” ungkapnya.