Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Yayasan Kalimajari, Iga Agung Widiastuti menyampaikan terdapat sejumlah hal yang berkontribusi terhadap rendahnya produksi dan produktivitas budidaya rumput laut.
Dia mengatakan, rendahnya produksi budidaya rumput laut dikarenakan mulai dari masih minimnya ketersediaan bibit yang berkualitas dan keberlanjutannya serta jaminan distribusi yang aman sampai ke pembudidaya, juga ketepatan sasaran.
Dalam tiga tahun terakhir, dia menjelaskan peningkatan permintaan rumput laut telah mendorong harga Raw Dried Seaweed (RDS) tiga kali lipat sejak Juli 2017.
Namun demikian, peningkatan terhadap permintaan rumput laut yang makin besar belum dapat terpenuhi oleh produksi lokal. Faktanya, jumlah produksi mengalami penurunan yang stabil sebesar 8,6 persen tiap tahunnya sejak 2015.
Menurut Agung, rendahnya keterlibatan pihak swasta dalam riset maupun penyediaan bibit yang berkualitas, serta mekanisme komunikasi dan koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah yang belum optimal dalam merancang program.
"Dari sisi pembudidaya, terlihat masih kurangnya pengetahuan dan informasi teknik yang baik dan benar khusus pembibitan,” ujarnya dalam diskusi virtual (30/9/2021).
Alhasil, dia mengatakan Yayasan Kalimajari berkolaborasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mengadakan program lokakarya tata kelola pembibitan rumput laut untuk meningkatkan produksi dan produktivitas.
Menurutnya, program lokakarya ini dilakukan dengan bertujuan untuk menguatkan konsep public private partnership yang menjadi pondasi utama dan membawa ke tataran implementasi dalam bentuk kolaborasi yang kuat antara pemerintah pusat, daerah, lembaga riset, dan private sector dengan perannya masingmasing melalui runutan proses.
"Mulai dari perumusan kebijakan pusat oleh kementerian, mekanisme membangun komunikasi yang baik antar lembaga (pusat dan daerah), serta swasta sebagai offtaker yang diharapkan turut berperan aktif dan strategis dalam penyediaan bibit dan menampung budidaya, serta berbagai riset yang dilakukan untuk perbaikan kualitas bibit, dan diakhiri dengan testimoni dari pembudidaya sebagai penerima manfaat," tuturnya.
Melalui program kerja sama dengan KKP, Kalimajari memproyeksikan mampu memberikan dampak kepada lebih dari 30.000 rumah tangga pembudidaya di akhir 2023 dengan peningkatan produktivitas sekitar 30 persen pada pembudidaya yang sudah ada, dan peningkatan pendapatan sekitar 47 persen pada pembudidaya baru.