Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan Jepang memutuskan untuk menawarkan vaksinasi booster Covid-19 bagi orang-orang yang telah menerima suntikan dosis kedua setidaknya delapan bulan lalu.
Mengutip Perusahaan Penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai/NHK), sumber-sumber menyebutkan Kementerian Kesehatan Jepang berencana menyediakan vaksinasi ketiga dengan vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca. Kementerian tersebut telah membahas keputusannya dengan panel pakar pada Jumat (17/09/2021), tetapi tidak dapat memutuskan kapan dan kepada siapa vaksinasi booster akan diberikan.
Kementerian mengatakan sejumlah laporan di Jepang dan luar negeri mengisyaratkan bahwa efikasi vaksin melemah seiring waktu berlalu. Kementerian akan mempelajari kapan harus memulai program booster karena beberapa pemerintah daerah masih memberikan vaksinasi kedua.
Kementerian Kesehatan akan mempelajari apakah akan mencakup semua orang yang telah menerima dua vaksinasi ke dalam program booster, atau membatasi hanya bagi mereka yang berisiko tinggi menjadi sakit parah akibat virus corona.
Terkait dengan rencana tersebut, sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah memperpanjang moratorium suntikan booster Covid-19 hingga setidaknya akhir tahun. WHO sebelumnya mendesak para pemimpin dunia untuk menunda dosis booster hingga akhir September 2021.
“Ada sedikit perubahan dalam situasi global sejak itu, jadi hari ini saya menyerukan perpanjangan moratorium hingga setidaknya akhir tahun untuk memungkinkan setiap negara memvaksinasi setidaknya 40% dari populasinya,” ujar Direktur WHO- Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pengarahan pada Rabu (8/9/2021).
Sekitar 5,5 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global, tetapi 80 persen telah diberikan di negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas, menurut WHO.Hampir 90 persen negara berpenghasilan tinggi telah memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi mereka, dan 70 persen negara berpenghasilan tinggi telah memvaksinasi setidaknya 40 persen dari populasi mereka, menurut data WHO.