Komunitas yang beragam
Rashid menekankan bahwa Muslim yang lebih terlihat di panggung nasional saat ini sebenarnya sama tuanya dengan negara AS sendiri. Sebagian besar besar orang yang diperbudak dan dibawa ke AS dari Afrika diyakini sebagai Muslim.
Baru-baru ini, ikon olahraga Muslim seperti bintang basket Kareem Abdul-Jabbar dan petinju Muhammad Ali mendominasi bidangnya masing-masing. Malcolm X adalah tokoh utama dalam perjuangan untuk hak-hak Afrika-Amerika sampai pembunuhannya pada tahun 1965.
“Tidak pernah ada Amerika Serikat tanpa Muslim,” kata Rashid. Pembangunan infrastruktur dan jalan serta jembatannya dibangun oleh Muslim Afrika, katanya
Para aktivis telah mendorong untuk mengubah citra stereotip Muslim sebagai imigran Arab atau Asia Selatan dan menekankan bahwa Afro-Amerika merupakan bagian besar dari populasi Muslim-Amerika.
Menurut catatan sejarah, komunitas Muslim-Amerika memang sangat plurali. Ada imigran, kelahiran asli, kulit hitam, putih, Latin, kelas pekerja dan profesional kerah putih yang mencakup berbagai kebangsaan sekte dan ideologi
Kini, ketika Muslim Amerika bergerak maju dan terus menjauh dari pantauan lensa keamanan nasional yang ditempatkan di banyak tempat, tentu ada harapan baru untuk masa depan AS pasca-9/11.
Karena itu Bayoumi, sang profesor, berharap Muslim Amerika akan berperan dalam memikirkan kembali kebijakan luar negeri AS. Mereka diharapkan turut menahan keterlibatan militer AS di negara-negara mayoritas Muslim.
“Kita harus bergerak menuju Amerika Serikat yang memiliki jejak militer yang lebih ringan di bagian dunia Muslim di mana mereka berada saat ini,” katanya.
Bayoumi berpikir hal itu pasti akan menjadi kekuatan jika komunitas Muslim-Amerika mampu menjadi bagian dari gerakan advokasi yang sukses untuk mengakhiri perang melawan teror. Dengan demikian, Amerika Serikat diharapkan akan kembali menjadi negara tempat semua suku bangsa hidup damai tanpa harus melakukan intervensi terhadap negara asing.