Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Baru Meledak, Singapura Tetap Mencoba Hidup dengan Covid-19

Singapura akan menunda lebih banyak langkah pembukaan kembali sambil memantau peningkatan kasus Covid-19 yang parah.
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Singapura mencoba untuk hidup dengan Covid-19 dengan memutuskan untuk tidak melakukan pembatasan meski terjadi lonjakan kasus konfirmasi.

Meski tidak melakukan pembatasan, tetapi Singapura akan menunda lebih banyak langkah pembukaan kembali sambil memantau peningkatan kasus yang parah.

Infeksi harian baru Singapura telah meningkat tajam baru-baru ini dan mencapai 450 kasus pada Kamis (9/9), setelah langkah-langkah penahanan dilonggarkan sebagai bagian dari pembukaan kembali bertahap setelah vaksinasi mencapai 80 persen dari populasinya.

"Peningkatan infeksi harian yang cepat dan eksponensial yang kita alami sekarang ini adalah apa yang harus dilalui oleh setiap negara yang ingin hidup dengan Covid-19 di beberapa titik," kata Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung dalam konferensi pers pada Jumat (10/9/2021).

Untuk mendukung sistem perawatan kesehatan, Singapura akan membiarkan lebih banyak pasien yang divaksin pulih di rumah dan akan memulai program suntikan penguat (booster) vaksin untuk kelompok rentan.

Pihak berwenang juga telah memutuskan untuk mengurangi karantina dari 14 hari menjadi 10 hari untuk kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.

Indikator utama dalam menentukan langkah pembukaan kembali adalah jumlah pasien di unit perawatan intensif (ICU) selama 2-4 minggu ke depan, kata Lawrence Wong, menteri keuangan sekaligus ketua bersama gugus tugas virus corona.

Saat ini ada tujuh pasien ICU dan 300 tempat tidur yang tersedia, yang dapat ditingkatkan menjadi 1.000 tempat tidur.

Jika jumlahnya tetap dapat dikelola, negara akan melanjutkan rencana pembukaan kembali.

"Jumlah ICU kami masih rendah sekarang ... tetapi kami tidak boleh berpuas diri," kata Wong.

"Penyakit parah biasanya datang dua minggu atau lebih setelah seseorang tertular virus," imbuhnya.

Singapura juga mencatat lebih banyak anak terinfeksi, tetapi tidak ada yang sakit parah, menurut Kenneth Mak, direktur layanan medis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper