Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan WHO Perpanjang Moratorium Vaksin Booster Covid-19

WHO mengatakan negara-negara kaya memperpanjang pandemi dengan menimbun perawatan dan vaksin Covid-19.
Lambang WHO di pintu utama kantor pusatnya di Jenewa, Swiss/ Bloomberg-Stefan Wermuth
Lambang WHO di pintu utama kantor pusatnya di Jenewa, Swiss/ Bloomberg-Stefan Wermuth

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperpanjang seruannya untuk moratorium vaksin dosis ketiga atau booster Covid-19 hingga setidaknya akhir tahun.

WHO sebelumnya mendesak para pemimpin dunia untuk menunda dosis booster hingga akhir September.

“Ada sedikit perubahan dalam situasi global sejak saat itu. Hari ini saya menyerukan perpanjangan moratorium hingga setidaknya akhir tahun untuk memungkinkan setiap negara memvaksinasi setidaknya 40 persen dari populasinya,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pengarahan sebagaimana dikutip CNBC.Com, Kamis (9/9/2021).

WHO mengatakan negara-negara kaya memperpanjang pandemi dengan menimbun perawatan dan vaksin Covid-19.

Sekitar 5,5 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global, tetapi 80 persen diberikan di negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas, menurut WHO.

“Saya tidak akan tinggal diam ketika perusahaan dan negara yang mengendalikan pasokan vaksin global berpikir bahwa orang miskin dunia harus puas dengan sisa vaksin,” kata Tedros.

Lebih lanjut, dia mengatakan hampir 90 persen negara berpenghasilan tinggi telah memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi mereka.

“Tidak ada satu pun negara berpenghasilan rendah yang mencapai kedua target tersebut. Itu bukan salah mereka," ujarnya.

Negara-negara berpenghasilan tinggi, imbuhnya, telah berjanji untuk menyumbangkan lebih dari 1 miliar dosis, tetapi baru kurang dari 15 persen dari dosis yang dibagikan. Produsen vaksin juga telah berjanji untuk memprioritaskan COVAX dan negara-negara berpenghasilan rendah.

Tedros mengatakan bahwa WHO telah menyerukan kesetaraan sejak awal peluncuran vaksin, dan itu tidak seharusnya terjadi setelah negara-negara terkaya menggunakannya secara maksimal.

“Kami tidak ingin janji lagi, kami hanya ingin vaksinnya. Sekarang saatnya untuk kepemimpinan sejati, bukan janji kosong," ujar Tedros.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper