Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah kini tengah mengantisipasi kemunculan varian Covid-19 jenis baru bernama Mu yang sudah terdeteksi di wilayah Kolombia.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa penyebaran Covid-19 jenis Mu tersebut tidak sehebat Delta yang mudah sekali menyebar dari manusia ke manusia.
"Varian Covid-19 jenis baru bernama Mu yang kini terdeteksi di Kolombia sudah muncul, tetapi masih mempunyai resisten terhadap vaksin di laboratorium," tuturnya dalam keterangan PPKM di Jakarta, Senin (6/9/2021).
Kendati demikian, varian baru Mu tersebut sampai saat ini belum terdeteksi masuk ke Indonesia.
"Kami sudah melakukan tracing untuk mendalami varian baru itu dan hasilnya belum ada di Indonesia ya," katanya.
Varian Mu dikenal sebagai B.1.621 dan pertama kali terdeteksi di Kolombia pada Januari 2021 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikannya sebagai variant of interest (VOI).
Baca Juga
Label VOI, seperti dikutip dari Livescience, Jumat (3/9/2021), berarti prevalensi varian tersebut meningkat di beberapa area dan mutasi ini cenderung mempengaruhi karakteristik virus, seperti penularan atau tingkat keparahan penyakit.
Menurut WHO, varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan vaksin.
Varian Mu Data awal studi laboratorium, menunjukkan antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap vaksinasi Covid-19 atau infeksi sebelumnya kurang mampu menetralisir atau mengikat dan menonaktifkan varian mu.
Namun, temuan ini masih perlu dikonfirmasi melalui penelitian selanjutnya. Sejauh ini, varian Mu telah terdeteksi di 39 negara, termasuk di Amerika Selatan, Eropa dan Amerika Serikat.
Sebuah studi dari University of Miami mendeteksi varian ini pada 9 persen kasus di Jackson Memorial Health System di Miami, menurut Medpage Today.
Meskipun Mu ditemukan kurang dari 0,1 persen dari semua kasus Covid-19 di seluruh dunia, tetapi varian ini menyumbang 39 persen dari kasus di Kolombia dan 13 persen di Ekuador, dan telah meningkat prevalensinya di area tersebut. WHO menyatakan masih memerlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami varian Mu dan penyebarannya.