Bisnis.com, JAKARTA - Kasus Covid-19 di Amerika Serikat melonjak akibat merebaknya varian Delta yang lebih menular. Pada Jumat (20/8), negara tersebut melaporkan penambahan kasus baru yang cukup tinggi yaitu 151.108 kasus.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengatakan bahwa jawaban atas terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di AS ada pada sebuah studi di Inggris.
Berdasarkan studi Universitas Oxford, perlindungan vaksin Pfizer-BioNTech dan Oxford-AstraZeneca melawan varian Delta menurun. Lantas, apakah hal tersebut mengkhawatirkan?
"Begini. Sekali lagi saya tekankan. Vaksin itu memang tidak bisa mencegah infeksi. Makanya kasus baru di beberapa negara melonjak. Tapi, vaksin bisa mencegah keparahan gejala jika penerimanya terinfeksi. Termasuk kematian," kata Zubairi melalui akun Twitter-nya, Sabtu (21/8/2021).
Dia pun mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir terhadap menurunnya perlindungan vaksin Pfizer dan AstraZeneca terhadap varian Delta.
"Perlindungan vaksin yang menurun itu juga tidak perlu menjadi kekhawatiran. Karena efektivitas kedua vaksin itu masih cukup baik. Sebab itu dibutuhkan booster, yang bertujuan memperpanjang perlindungan dan penguat pascavaksin--untuk menghadapi virus yang bermutasi," ujarnya.
Pada 20 Agustus 2021 Amerika memiliki kasus baru yang cukup tinggi: 151.108 kasus. Kenapa? Jawabannya ada pada sebuah studi di Inggris.
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) August 21, 2021
Studi menemukan perlindungan vaksin Pfizer–BioNTech dan Oxford–AstraZeneca melawan Delta menurun seiring waktu.
Apakah ini mengkhawatirkan?
Untuk diketahui, berdasarkan studi yang dilakukan di Inggris, telah ditemukan bahwa perlindungan dari dua vaksin Covid-19 yang paling umum digunakan terhadap varian Delta melemah dalam waktu tiga bulan.
Selain itu, juga ditemukan bahwa mereka yang terinfeksi setelah menerima dua suntikan vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca masih lebih berisiko menularkan ke orang lain daripada varian virus Corona sebelumnya.
Studi Universitas Oxford menemukan bahwa 90 hari setelah suntikan vaksin Pfizer atau AstraZeneca, kemanjurannya dalam mencegah infeksi masing-masin turun menjadi 75 persen dan 61 persen.
Meskipun demikian, profesor statistik medis dan kepala penyelidik untuk survei Oxford, Sarah Walker menyatakan bahwa dua dosis dari kedua vaksin itu masih bekerja efektif melawan varian delta.
“Kedua vaksin ini, pada dua dosis, masih bekerja sangat baik melawan Delta… tapi perjalanan Anda masih panjang,” kata Sarah seperti dilansir dari Global News, Rabu (18/8/2021).