Bisnis.com, JAKARTA - Haiti menunjuk perdana menteri baru kurang dari dua minggu setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise yang telah menjerumuskan negara di Kepulauan Karibia itu ke dalam ketidakpastian politik yang lebih besar.
Ariel Henry dilantik dalam sebuah upacara di Ibu Kota Port-au-Prince kemarin waktu setempat atau hari yang sama dilakukannya peringatan resmi untuk menghormati Moise.
Penjabat Perdana Menteri negara itu, Claude Joseph mengatakan, awal pekan ini bahwa dia akan mundur “demi kebaikan bangsa” setelah sekelompok diplomat internasional mendukung Henry dan mendesaknya untuk membentuk pemerintahan baru.
Henry merupakan seorang ahli bedah saraf berusia 71 tahun dan mantan menteri kabinet.
Dia mengatakan, akan bertemu dengan berbagai kalangan masyarakat dalam beberapa hari mendatang untuk membangun konsensus politik untuk guna masalah yang dihadapi Haiti.
“Dalam konteks polarisasi ekstrem … kita harus menemukan dan menerapkan solusi abadi untuk krisis multidimensi yang kita hadapi,” katanya seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (21/7/2021).
Baca Juga
Moise terbunuh pada 7 Juli ketika sekelompok pria bersenjata menyerbu kediaman pribadinya di Port-au-Prince dan menembakinya. Akan tetapi istrinya, Martine Moise, selamat meski terluka parah.
Pembunuhan itu telah mendorong Haiti, yang telah mengalami peningkatan kekerasan geng dan ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun, ke dalam kekacauan lebih lanjut.
Tiga pemimpin politik bersaing untuk memperebutkan kepemimpinan Haiti setelah kematian Moise, termasuk Henry, yang dipilih sebagai perdana menteri oleh Moise hanya beberapa hari sebelum presiden terbunuh.
Robert Fatton, pakar politik Haiti di University of Virginia, mengatakan mundurnya Joseph sudah diperkirakan.
"Nasib Joseph telah ditentukan selama akhir pekan," kata Fatton.
Dia menambahkan, bahwa segala sesuatu yang terjadi di Haiti memiliki pengaruh asing yang kuat.