Bisnis.com, JAKARTA – Dengan melonjaknya kasus Covid-19, kebutuhan obat untuk terapi juga semakin meningkat.
Masalahnya, ada beberapa obat yang terpaksa harus impor. Untuk memenuhi kebutuhan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sampai mengejar ke China dan Swiss.
Budi mengatakan, untuk obat yang produksi dalam negeri seperti Oseltamivir, Favipiravir, Azithromycin, multivitamin, stok obatnya masih ada, namun ada masalah pada distribusi.
“Kita sudah bicara ke produsen obat agar tolong bantu. Saya juga minta mereka memberikan pertolongan, kita tidak akan membuat mereka rugi, memang mengurangi untung, tapi tolong bantu agar rakyat bisa mengakses obat dengan harga yang wajar,” jelasnya pada Raker dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (13/7/2021).
Selain itu, ada masalah pada obat yang wajib diimpor, seperti Remdesivir, Gammaraas (IVIg) dan Tocilizumab (Actemra) yang kapasitasnya hanya sedikit dan sangat sulit didapatkan.
“Ini sebabnya ke depan kita bisa mereformasi sistem ketahanan dengan memastikan obat-obatan dibangun di dalam negeri,” ujarnya.
Baca Juga
Untuk masalah Actemra dan Gammaraas, Kemenkes sudah mengontak langsung ke produsen di Swiss, dan cari produk yang serupa di China.
Hal ini dilakukan karena yang punya produk dan teknologi farmasi dengan skala besar hanya ada di China.
“Tocilizumab dan IVIg kita akan kejar ke China dan produsen langsung di Geneva,” tambahnya.
Gambaran total stok obat nasional untuk Azithromycin masih ada 5,8 juta. Budi menghitung jika untuk satu treatment butuh 5 tablet, maka stok yang tersedia bisa untuk diberikan ke 1-1,5 juta orang.
“Kan kasus aktif kita 370.000, jadi di situ masih cukup,” tambahnya.
Remdesivir, lanjut Budi, pekan ini mulai datang 50.000, dan selanjutnya datang 50.000 lagi. Actemra akan datang sekitar 3.000-an dan IVIg datang minggu ini dari China.
“Ini 100 persen impor, makanya kita sangat bergantung degan negara-negara produsen,”
Untuk ketersediaan obat, masyarakat umum bisa mengecek aplikasi Farmaplus. Saat ini, stok obat yang terlihat ada di semua apotek Kimia Farma, dan akan diperluas termasuk ke apotek milih swasta dan pribadi.
“Tadinya mau kita taruh angkanya tapi takutnya diborong. Kita hanya tuliskan bahwa ada dan belinya dibatasi sesuai resep dokter. Kita akan atur dan minta farmasi besar lakukan yang sama. Sehingga semua orang bisa lihat ketersediaan obat di apotek mana,” jelasnya.