Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Boris Johnson mengklaim Inggris memiliki "hubungan yang tidak dapat dihancurkan" dengan AS. Hal itu ditegaskan Johnson setelah pertemuan bilateralnya dengan Presiden AS Joe Biden.
Johnson diketahui tidak terlalu tertarik pada frasa "hubungan khusus" yang sudah usang, karena percaya bahwa itu membuat Inggris terlihat lemah.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC setelah pertemuan dengan Biden, Johnson berusaha menegaskan kedekatan antara kedua negara. Hal itu terlepas dari kekhawatiran Biden tentang kebuntuan yang merusak dengan UE terkait protokol Irlandia Utara.
“Dengar, saya tidak keberatan dengan ungkapan ‘hubungan spesial’ karena itu spesial. Tapi Anda tahu, itu mencakup kenyataan bahwa Inggris dan AS memiliki pandangan yang sama tentang beberapa hal yang benar-benar penting bagi dunia," ujar Johnson.
Ia lantas menambahkan pernyataannya dengan menyinggung soal aliansi.
"Jadi kami sangat percaya pada demokrasi, kami percaya pada hak asasi manusia, kami percaya pada tatanan internasional berbasis aturan, kami percaya pada aliansi transatlantik,” kata Johnson seperti dikutip TheGuardian.com, Jumat (11/6/2021).
Ketika ditanya gambaran dia soal hubungan kedua negara, Johnson mengatakan, "Anda dapat menyebutnya 'hubungan yang dalam dan bermakna', apa pun yang Anda inginkan, 'hubungan yang tidak dapat dihancurkan'."
Johnson menjelaskan hubungan AS-Inggris telah bertahan dalam waktu sangat lama dan telah menjadi bagian penting dari perdamaian dan kemakmuran baik di Eropa maupun di seluruh dunia.
Johnson membantah anggapan Biden telah menyuruhnya menyelesaikan kebuntuan dengan Uni Eropa mengenai protokol Irlandia Utara. Akan tetapi Johnson mengulangi pentingnya perjanjian Belfast bagi Inggris dan AS.
Pernyataan itu muncul ketika Biden tiba di Inggris dan para diplomat senior AS telah memperingatkan negosiator Brexit Inggris yang agresif, David Frost, bahwa tindakannya berisiko mengobarkan ketegangan di Irlandia Utara.
Lord Frost akan menghadiri KTT G7 pada Jumat waktu setempat. Ditanya tentang perselisihan dengan UE, Johnson berulang kali mengatakan kedua belah pihak akan "menyelesaikannya".
Tetapi Perdana Menteri Inggris ini tampaknya mengkritik pendekatan UE untuk menerapkan protokol tersebut.
“Ada cara untuk menegakkan protokol, cara membuatnya bekerja, yang mungkin terlalu memberatkan,” kata Johnson.
Dia membeberkan data statistik bahwa 20 persen dari pemeriksaan yang dilakukan di seluruh perimeter UE sekarang dilakukan di Irlandia Utara atau tiga kali lebih banyak dari yang terjadi di Rotterdam.
Ketika ditanya apakah kesepakatan dapat dicapai pada akhir pekan dengan Uni Eropa dan pemimpin Prancis, Jerman dan Italia, Johnson mengatakan KTT akan difokuskan pada persoalan lain.
"Tidak, tidak, tidak, tidak. Kami fokus di sini pada banyak hal yang ingin dilihat oleh G7. Jadi kita melihat dunia pascapandemi. Kita melihat apa yang bisa kita lakukan untuk memastikan bahwa kita tidak membuat dunia tidak siap lagi dengan pandemi," ujarnya.