Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KTT G7 Bahas Asal Usul Virus Corona

Badan intelijen AS berpendapat sama dengan teori bahwa virus itu dibawa keluar dari laboratorium Wuhan, China.
Virus Corona mengalami mutasi beberapa kali./Istimewa
Virus Corona mengalami mutasi beberapa kali./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin KTT G7 akan menyerukan penyelidikan baru yang transparan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang asal usul Virus Corona, menurut draf komunike yang bocor untuk pertemuan tersebut.

Seruan itu diprakarsai oleh Pemerintahan Presiden Joe Biden setelah memutuskan untuk  memperluas penyelidikan tentang asal-usul pandemi.

Salah satu badan intelijen negara itu condong  berpendapat sama dengan teori bahwa virus itu dibawa keluar dari  laboratorium Wuhan, China.

Konsensus luas di antara para ahli ilmiah tetap bahwa penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa Covid-19 berpindah ke manusia dari inang hewan dalam peristiwa alami.

Penyelidikan lapangan oleh para ahli WHO awal tahun ini menyimpulkan bahwa “sangat tidak mungkin” pandemi dimulai di laboratorium.

China menjadi momok di KTT itu, karena Biden akan menggalang demokrasi dalam kunjungannya ke Eropa. Negara itu banyak mendapat sorotan dunia akibat pelanggaran HAM terhadap komunitas Islam di Uyghur.

Bloomberg News mengaku telah melihat draf komunike yang menyebut bahwa G7 juga akan berkomitmen untuk memberikan satu miliar dosis tambahan vaksin Covid-19 pada tahun depan untuk mempercepat perlindungan global terhadap penyakit tersebut.

Menjelang kedatangannya di KTT, Biden mengatakan AS akan berkomitmen untuk membeli 500 juta dosis vaksin untuk didistribusikan ke negara-negara berkembang seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (10/6/2021).

Komunike, yang sering bocor menjelang KTT G7, akan dibacakan pada hari Minggu (13/6/2021) setelah pertemuan tiga hari di Cornwall.

Pada KTT 2020 di Prancis, para pemimpin mengabaikan komunike  bersama  setelah presiden AS saat itu, Donald Trump menolak menandatangani dokumen tersebut.

Menurut laporan Bloomberg, komunike tahun ini akan berisi janji untuk mengatasi kerja paksa dalam rantai pasokan global, termasuk di sektor energi dan garmen yang melibatkan kerja paksa atas kelompok minoritas.

Dengan tegas komitmen tersebut juga memaksa para pemimpin Uni Eropa, AS, Kanada, Jepang, dan Inggris untuk mengambil tindakan terhadap Beijing menyusul perlakuan buruk terhadap Muslim Uyghur di Xinjiang.

Pada komunike itu juga akan ada seruan bagi Rusia untuk menangani kelompok-kelompok perlawanan di perbatasan negaranya dan soal kejahatan dunia maya lainnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper