Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

500.000 Orang Industri Pariwisata di Inggris Terancam Dipecat

Para pelaku bisnis pariwisata dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka akan memecat hingga setengah jjuta orang akibat pandemi Covid-19 yang seperti tak berujung.
Pejalan kaki di trotoar Oxford Street, pusat Kota London/ Bloomberg
Pejalan kaki di trotoar Oxford Street, pusat Kota London/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri pariwisata Inggris memperingatkan mungkin kehilangan 500.000 pekerjaan ketika program cuti pemerintah untuk mendukung upah berakhir.

Hotel, restoran, dan bar dibebani dengan pajak balik sebesar 93 juta pound sterling yang akan menjadi beban yang tidak berkelanjutan jika pemerintah gagal membatalkan semua aturan penguncian seperti yang direncanakan pada 21 Juni, kata Kate Nicholls dari kelompok lobi bisnis UK Hospitality.

Pernyataan yang dibuat selama dengar pendapat di Parlemen menggarisbawahi skala ketegangan yang ditempatkan pada aturan bisnis Covid-19 yang menutup sebagian besar ekonomi selama lebih dari setahun.

Dengan varian virus yang pertama kali terdeteksi di India sekarang menyebar dengan cepat di Inggris, pemerintah telah meragukan kapan dapat mengizinkan pembukaan kembali secara penuh.

Nicholls mengatakan industri mengalami kekurangan tenaga kerja yang akan memburuk jika pembukaan kembali penuh terjadi tepat waktu.

Itu sebagian karena pekerja dari Uni Eropa meninggalkan Inggris ke negara asal mereka selama krisis dan menghadapi kesulitan untuk kembali karena aturan visa pasca-Brexit. Itu juga karena banyak pekerja migran tidak dapat kembali ke Inggris karena pembatasan perjalanan, dan karena siswa pindah ke luar kota.

Dia menyarankan visa pemulihan darurat virus corona, seperti yang diperkenalkan di Australia, dapat membantu menarik pekerja migran kembali ke Inggris.

Banyak bisnis tidak mampu untuk merumahkan staf musiman, yang berarti mereka bersaing untuk merekrut. “Untuk koki dan manajer yang terampil, di beberapa bagian negara, ini menyebabkan inflasi upah,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper