Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan capaian pembangunan kesehatan di wilayah otonomi khusus Papua dan Papua Barat sudah mengalami perbaikan, tetapi masih terganjal dengan persoalan lama di sektor kesehatan.
Dia mengatakan sejak 2002 - 2020 perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) naik selama hampir dua dekade terakhir, dibandingkan provinsi lainnya yang setara dengan Papua dan dibanding rata-rata nasional.
Di Papua, IPM pada 2020 mencapai 60,4 dari 60,1 pada 2002, sedangkan di Papua Barat tercatat mencapai 65,1.
Demikian juga pada angka harapan hidup (AHH) yang menjadi indikator kesehatan bukan hanya secara nasional tetapi juga regional. Di Papua, AHH mencapai 65,8 pada 2020 dari 65,2 pada 2002. Sementara di Papua Barat sebesar 66,1.
Sementara itu, angka kematian ibu dan bayi sudah mengalami perbaikan signifikan di Provinsi Papua dan Papua Barat jika dilihat berdasar target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
"Walaupun memang untuk target SDG’s masih ada gap yang cukup besar yang mesti kita kejar sampai 2030 nanti. Tetapi tren kematian ibu dan bayi relatif baik," kata Menkes dalam rapat kerja Pansus Otonomi Khusus Papua dengan DPR pada Senin (7/6/2021).
Permasalahan gizi buruk di Papua dan Papua Barat sebesar 3,10 persen dan 2,80 persen pada 2020, di atas rata-rata nasional sebesar 1,2 persen.
Namun, dia mengakui masih terdapat masalah lama yang masih menjadi momok selama bertahun-tahun seperti penyebaran penyakit menular.
Daerah Papua dan Papua Barat telah menjadi sentra penyakit menular, khususnya HIV, TBC, dan malaria.
Contohnya saja, penyakit malaria di Papua mencapai 72.198 pada 2001, melaju tajam hingga 216.841 pada 2020 dan sebanyak 9.823 di Papua Barat.
Hal ini diperparah dengan masih nihilnya layanan primer seperti puskesmas di 160 kecamatan di Papua dan Papua Barat, meski rasio puskesmas di kedua daerah di atas rata-rata nasional.
"Kami ingin mengakselerasi dalam 2 tahun seluruh kecamatan di Indonesia memiliki layanan primer," ujarnya.
Selain itu, Papua juga masih kekurangan jumlah dokter dengan hanya mencatatkan rasio 0,3 per 1.000 penduduk. Padahal, rata-rata di Asia dibutuhkan satu dokter per 1.000 penduduk.