Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Paling Mematikan di Dunia Meletus, Lahar Sampai Bandara

Gunung Nyiragongo terakhir meletus pada 2002 yang menewaskan 250 orang dan menyebabkan 120.000 kehilangan tempat tinggal.
Ilustrasi - Semburan lahar panas/Antara/Reuters-Antonio Parrinello
Ilustrasi - Semburan lahar panas/Antara/Reuters-Antonio Parrinello

Bisnis.com, GOMA - Warga Kota Goma, Republik Demokratik Kongo, dicekam kepanikan akibat letusan Gunung Nyiragongo.

Patahan yang terjadi terkait letusan tersebut membuat lahar bergerak bebas, terakhir lahar dikabarkan sudah mencapai bandara di kota utama Republik Demokratik Kongo tersebut, Sabtu (22/5/2021). Ribuan orang segera dievakuasi dari kota itu.

Gunung Nyiragongo terakhir meletus pada 2002 yang menewaskan 250 orang dan menyebabkan 120.000 kehilangan tempat tinggal.

Gunung Nyiragongo adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dan dianggap paling berbahaya.

Letusan yang terjadi Sabtu membuat warga panik dan segera menyambar kasur dan barang-barang lainnya.

Cahaya merah dari gunung berapi mewarnai langit malam hari di atas kota tepi danau berpenduduk sekitar 2 juta jiwa. Beberapa warga menyelamatkan diri ke timur menuju perbatasan dengan negara tetangga Rwanda, sementara yang lain melarikan diri ke barat.

Dario Tedesco, seorang ahli vulkanologi yang berbasis di Goma, mengatakan retakan baru sedang dibuka di Nyiragongo, memungkinkan lahar mengalir ke selatan menuju Goma setelah awalnya mengalir ke timur menuju Rwanda.

"Sekarang Goma adalah targetnya," kata Tedesco kepada Reuters. "Ini mirip dengan letusan 2002. Menurut saya lahar itu mengarah ke pusat kota."

Ia tidak bisa memastikan kelanjutan gerak lahar tersebut.

"Mungkin berhenti sebelum atau berlanjut. Sulit memperkirakannya," katanya.

Sumber Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan semua pesawat PBB telah dievakuasi ke kota Bukavu di selatan dan Entebbe di negara tetangga Uganda.

Listrik juga padam di sebagian besar Goma dan saluran telepon sibuk.

Di Kinshasa, ibu kota Kongo, Perdana Menteri Jean-Michel Sama Lukonde, mengadakan pertemuan darurat. Pemerintah Kongo mengaktifkan rencana evakuasi untuk Goma.

"Kami berharap tindakan yang telah diambil malam ini akan memungkinkan penduduk mencapai titik-titik yang ditunjukkan kepada mereka dalam rencana (evakuasi) ini," kata juru bicara pemerintah Patrick Muyaya dalam komentar yang disiarkan di televisi nasional.

Pengamat gunung berapi khawatir aktivitas gunung berapi yang diamati dalam lima tahun terakhir di Nyiragongo mencerminkan apa yang terjadi pada tahun-tahun sebelum letusan pada 1977 dan 2002.

Ahli vulkanologi di Goma Volcano Observatory, yang memantau Nyiragongo, telah berupaya melakukan pemeriksaan dasar secara teratur sejak Bank Dunia memotong dana di tengah tuduhan penggelapan.

Dalam buletin pada 10 Mei, observatorium itu mengatakan telah terjadi peningkatan aktivitas seismik di Nyiragongo pada awal bulan.

Lava dari letusan Gunung Nyiragongo mendekati bandara kota utama Republik Demokratik Kongo timur, Goma pada Sabtu malam, dan pemerintah mendesak penduduk untuk mengungsi.

Kementerian Rwanda yang Bertanggung Jawab atas Manajemen Darurat Bencana mengatakan lebih dari 3.500 orang Kongo melintasi perbatasan, seperti dilaporkan Reuters, 23 Mei 2021.

Media pemerintah Rwanda mengatakan mereka akan ditempatkan di sekolah dan tempat ibadah.

Emmanuel De Merode, kepala Taman Nasional Virunga, meminta karyawan taman nasional di beberapa bagian Goma untuk mengungsi. Dia mengatakan lahar telah mencapai bandara internasional di tepi timur kota tetapi tidak mungkin mencapai bagian lain dari Goma.

Celestin Kasereka, kepala penelitian ilmiah di Goma Volcano Observatory (OVG), mengatakan dia tidak mengira lahar itu mengalir cukup cepat untuk mencapai Goma.

Presiden Felix Tshisekedi akan mempersingkat perjalanan ke Eropa untuk kembali ke Kongo pada hari Minggu, kata pihak kepresidenan melalui akun Twitter.

Di jalanan Goma, kepanikan menyebar dengan cepat.

"Kami panik karena kami baru saja melihat seluruh kota tertutup cahaya yang bukan berasal dari listrik atau lampu," kata John Kilosho. "Kami tidak tahu harus berbuat apa. Kami bahkan tidak tahu bagaimana harus bersikap. Tidak ada informasi."

Warga lainnya melarikan diri ke pusat kota dari desa dan lingkungan yang terancam lahar di pinggiran utara.

"Kami melihat ke langit dan melihat warna merah dari gunung berapi tersebut," kata Richard Hazika Diouf dari lingkungan Majengo. "Kami telah melarikan diri untuk mencari perlindungan di kota."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Tempo/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper