Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Menkes Sebut 26 Kasus Mutasi Corona Ditemukan di Indonesia

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengimbau seluruh pihak untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan mewaspadai penyebaran mutasi Covid-19.
Menkes Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas, Senin (10/05/2021), di Jakarta - Humas Setkab/Rahmat
Menkes Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas, Senin (10/05/2021), di Jakarta - Humas Setkab/Rahmat

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa kasus penyebaran mutasi virus Corona di Indonesia semakin banyak. Dia mengharapkan agar kegiatan testing dan tracing lebih ditingkatkan, serta masyarakat diimbau agar tetap patuh protokol kesehatan.

“Kasus di India naik, Thailand naik, Singapura naik, negara Eropa semua naik karena ada mutasi baru. Dari 4 yang bahaya, 3 sudah masuk ke Indonesia dan yang dari masuk ke Indonesia 26 orang sudah teridentifikasi,” ujarnya melalui keterangan resmi Kementerian Kesehatan, Selasa (18/5/2021).

Budi mengungkapan, dua kasus mutasi Covid-19 juga ditemukan di Karawang, Jawa Barat. Kedua kasus itu berasal dari Pekerja Migran Indonesia yang datang dari Malaysia dan Arab Saudi.

“Kalau virus yang sekarang kasusnya bisa dari 1 naik jadi 4, 4 naik jadi 16, 16 naik jadi 26. Yang baru itu begitu, dari 1 naik ke 50, naik ke 2.500. Jadi kecepatan penularannya tinggi sekali. Kita mesti hati-hati. Bagaimana caranya? Pakai masker. Ini bisa menahan laju penularan mutasi baru,” tegasnya.

Selain itu, untuk dinas kesehatan, Budi menegaskan agar testing dan tracing-nya diperbanyak. Terutama anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) yang karena mengejar zona hijau malah mengurangi jumlah testing.

“Itu bisa meledak bahayanya, apalagi dengan adanya virus baru. Kita harus agresif testing, supaya kita tahu dia ada di mana. Ini kaya intel, kalau intel kita lemah, kelihatannya bagus, tahu-tahu teroris masuk dan bomnya meledak,” jelasnya.

Budi juga telah menyampaikan kepada Presiden agar tidak menegur kepala daerah kalau kasusnya tinggi, tapi tegur kepala daerah jika positivity rate tinggi.

“Kasus tinggi nggak apa-apa, tapi tegur kalau positivity rate-nya 25 - 30 persen, itu pasti kurang testing. Pasti banyak orang yang sakit tidak teridentifikasi, banyak yang sakit menular dan menyebabkan masyarakat banyak yang wafat,” imbuhnya.

Budi melanjutkan, lebih baik melihat angkanya seperti apa dan lakukan perbaikan dengan baik, daripada lengah, virusnya masuk tidak terkontrol sehingga banyak yang meninggal dunia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper