Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNDP: Separuh Populasi di Myanmar Bisa Jatuh Miskin Akibat Kudeta Militer dan Pandemi

UNDP melalui sebuah laporan yang dirilis belum lama ini mengatakan bahwa pendapatan warga Myanmar jatuh di berbagai sektor industri, termasuk eceran, pertanian, dan perikanan akibat penyebaran penularan Covid-19
Seorang biksu Buddha memegang tanda berdiri di samping kendaraan lapis baja saat protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2/2021)./Antara/Reuters-Stringer
Seorang biksu Buddha memegang tanda berdiri di samping kendaraan lapis baja saat protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2/2021)./Antara/Reuters-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - United Nations Development Programe (UNDP) memperingatkan bahwa hampir separuh populasi Myanmar mungkin jatuh dalam kemiskinan hingga awal tahun depan akibat dampak sosial ekonomi pandemi virus Corona dan kudeta militer pada Februari 2021.

Dikutip dari NHK, pada Senin (3/5/2021), UNDP melalui sebuah laporan yang dirilis belum lama ini mengatakan bahwa pendapatan jatuh di berbagai sektor industri, termasuk eceran, pertanian, dan perikanan akibat penyebaran penularan Covid-19

Laporan itu menyatakan bahwa memburuknya perekonomian menjadi lebih cepat akibat kurangnya dukungan pemerintah menyusul kudeta militer.

UNDP mengatakan hingga 12 juta orang mungkin jatuh dalam kemiskinan. Laporan itu mengatakan, "Hal ini dapat berakibat hingga 25 juta orang, hampir separuh populasi Myanmar, hidup di bawah garis kemiskinan nasional hingga awal 2022."

Tingkat kemiskinan negara itu pada tahun 2017 turun menjadi 24,8 persen.

Laporan itu menyerukan negara-negara lain untuk memberikan bantuan, dengan mengatakan hal itu penting bagi perdamaian dan keamanan Myanmar.

Sebelumnya, Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) memperkirakan terdapat tambahan hingga 3,4 juta orang di Myanmar yang akan kelaparan dalam enam bulan mendatang. Penambahan tersebut khususnya terjadi di pusat-pusat perkotaan.

WFP merilis perkiraan ini pada Kamis (22/04/2021) dengan mengatakan organisasi itu akan mengelola sebuah operasi bantuan makanan baru di negara tersebut. WFP menyebutkan dengan dampak tiga kali lipat dari kemiskinan yang sudah ada, Covid-19 dan krisis politik saat ini, kelaparan dan keputusasaan meningkat tajam di seluruh Myanmar.

"Banyak orang di Myanmar kehilangan pekerjaan dan pemasukan. Ekonomi negara itu terguncang akibat pemberantasan para pengunjuk rasa antikudeta, situasi keamanan yang memburuk, serta gerakan ketidakpatuhan sipil di mana para pekerja menelantarkan tugas-tugas mereka," tulis WFP.

Harga-harga akan melonjak sebab produksi dan distribusi masih ditangguhkan. Menurut WFP harga rata-rata beras naik 5 persen di seluruh Myanmar sejak Januari, sementara minyak goreng naik 18 persen sejak Februari.

WFP mengatakan sangat memerlukan dana US$106 juta sebab jumlah orang yang memerlukan bantuan akan bertambah tiga kali lipat dari 1,3 juta menjadi 3,3 juta dalam beberapa bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rezha Hadyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper