Bisnis.com, JAKARTA -- Perubahan nama dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) menjadi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dianggap memicu massifnya aksi kekerasan di Papua belakangan ini.
Anggota Komisi I DPR RI Hasanddin mengatakan bahwa kelompok separatis ini memang sejak dulu ingin merdeka. Apalagi, mereka juga punya kenangan trauma yang cukup lama di era Orde Baru.
"Ada trauma yang dalam pada masyarakat Papua di era Orba tanpa memperhatikan HAM. Ada 11 kali operasi militer yang pernah dilakukan. Inilah yang menimbulkan trauma masyarakat Papua,” kata Hasanuddin dilansir dari laman resmi DPR, Senin (3/5/2021).
Hasanuddin bercerita, ketika dirinya masih menjabat ajudan Presiden Habibie, pernah diminta untuk mengundang 100 tokoh Papua ke Jakarta.
Terjadi perdebatan dalam pertemuan tersebut. Para tokoh Papua ini minta referendum, karena ada keinginan lepas dari NKRI. Akhirnya, ketika itu diambil kebijakan berupa pemberian Otonomi Khusus (Otsus) bagi Papua. Lalu, digelontorkanlah anggaran besar ke Papua.
Namun, kata politisi PDI-Perjuangan itu, anggaran Otsus hanya dinikmati kaum elit Papua dan tak mengalir ke lapisan rakyat paling bawah.
Baca Juga
"Masyarakat di bawah tetap sulit mendapatkan ubi jalar, sulit mendapatkan akses kesehatan, dan pendidikan juga tidak tersentuh," ungkapnya lebih lanjut.
Dia menyesalkan mengapa istilah OPM diubah menjadu KKB. Dalam pandangannya KKB hanyalah kelompok kriminal biasa.
Padahal, lanjut Hasanuddin, mereka yang kebetulan tertangkap selalu menyuarakan Papua merdeka. Mereka tidak sekadar melakukan kriminal biasa.
Ada keinginan besar di balik setiap aksi kriminalnya selama ini. Perubahan istilah OPM ke KKB tersebut juga mengubah paradigma penanganan kaum separatis di Papua. Bila ada salah satu kelompok ini tertangkap, mereka lalu ditahan karena alasan kriminalitas.