Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan adanya ancaman terkait dengan ketahanan pangan di Indonesia.
Peringatan itu disampaikan Wapres Ma'ruf Amin seiring dengan turunnya posisi Indonesia dalam indeks ketahanan pangan dunia pada tahun lalu.
Wapres mengatakan pemerintah dihadapkan pada tantangan besar dalam mencukupi kebutuhan pangan penduduknya, di saat jumlah penduduk Indonesia semakin padat dari tahun ke tahun.
Di samping itu, data Indeks Ketahanan Pangan Global tahun 2020 atau Global Food Security Index 2020 menunjukkan Indonesia berada pada posisi ke-65 dari 113 negara.
Posisi ini turun dibandingkan tahun 2019 yang berada di posisi 62. Posisi Indonesia berada di bawah negara tetangga, yaitu Singapura di posisi 20, Malaysia di posisi 43, Thailand di posisi 51, dan Vietnam di posisi 63.
"Turunnya posisi Indonesia dalam indeks tersebut mengindikasikan belum terpenuhinya salah satu atau beberapa pilar dalam ketahanan pangan dan menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, untuk berupaya lebih keras lagi dalam mencapai ketahanan pangan," kata Wapres saat membuka acara Ketahanan Pangan Nasional yang digelar Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga (PRK) MUI, Senin (3/5/2021).
Di saat jumlah populasi meningkat, luas lahan pertanian sebagai media untuk memproduksi pangan semakin berkurang. Wapres mengatakan alih fungsi lahan menjadi ancaman serius bagi ekosistem pertanian di Indonesia.
"Berubahnya fungsi lahan sawah membawa dampak yang sangat luas, antara lain menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan, kemiskinan petani, dan kerusakan ekologi di pedesaan," ungkap Wapres.
Kendati luas panen menurun, terjadi kenaikan pada produksi padi yaitu dari 54,60 juta ton pada 2019 menjadi 54,65 juta ton pada 2020. Hal ini disebabkan adanya kenaikan produktivitas di sejumlah provinsi.
Oleh karena itu, dengan seitem pengolahan yang tepat, produktivitas lahan pertanian dapat tetap meningkat.
Wapres menyebutkan, Nabi Yusuf menjadi salah satu figur yang mengajarkan umat manusia dalam mengelola ketahanan pangan untuk menghadapi masa paceklik selama 7 tahun di Mesir.
"[Nabi Yusuf] memberikan masukan kepada Raja Mesir dengan perencanaan strategis untuk membangun ketahanan pangan yang kuat, yaitu produksi massal gandum, manajemen stok pangan, dan membudayakan hidup hemat dalam mengonsumsi makanan," katanya.
Untuk itu, saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan, salah satunya dengan membangun food estate, meningkatkan produktivitas, membangun infrastruktur pendukung pertanian seperti bendungan dan saluran irigasi, dan menyediakan benih unggul.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian meluncurkan program untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat keluarga, antara lain Lumbung Pangan Masyarakat, Pengembangan Pertanian Keluarga (Family Farming), Pekarangan Pangan Lestari, dan Pekarangan Pangan Lestari Stunting.