Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana untuk membagikan stok vaksin Covid-19 AstraZeneca ke negara lain di tengah meningkatnya tekanan pada pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendukung pemerataan vaksin global.
Gedung Putih menyatakan bahwa sebanyak 60 juta dosis vaksin AstraZeneca akan dikirim ke luar negeri dalam beberapa bulan mendatang, tetapi tidak disebutkan di mana tepatnya vaksin tersebut akan didistribusikan.
“Saat ini stok vvaksin AstraZeneca kami kosongkan,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Dia mencatat, bahwa regulator AS masih perlu meninjau kualitas vaksin yang sudah diproduksi seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (27/4/2021).
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) belum mengizinkan vaksin AstraZeneca untuk digunakan di AS, yang mencatat jumlah infeksi dan kematian Covid-19 tertinggi di dunia.
Psaki mengatakan, sebanyak 10 juta dosis AstraZeneca akan diekspor "dalam beberapa minggu mendatang", sementara sekitar 50 juta lebih dosis sedang diproduksi dan akan dikirim pada Mei dan Juni.
Baca Juga
Pemeritah AS belum memutuskan bagaimana membagikan vaksin tersebut, tambahnya.
“Kami akan mempertimbangkan berbagai opsi dari negara mitra kami dan, tentu saja, sebagian besar akan melalui hubungan langsung.”
Pengumuman itu datang ketika AS menghadapi tekanan yang semakin besar untuk membagikan vaksin Covid-19, terutama dengan negara-negara yang terkena dampak paling parah seperti India.
Untuk sementara, negara itu mengenyampingkan aturan kekayaan intelektual AS untuk memungkinkan lebih banyak negara melakukan vaksinasi.
Dalam sebuah surat terbuka awal bulan ini, sekelompok mantan pemimpin dunia dan penerima hadiah Nobel mendesak Biden "untuk menjalankan solidaritas, kerja sama dan kepemimpinan yang diperbarui" dan melepaskan hak paten vaksin.
AS telah memberikan lebih dari 230 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna Inc dan Johnson & Johnson hingga saat ini, sementara hampir 54 persen orang Amerika Serikat di atas usia 18 telah menerima setidaknya satu suntikan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).