Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Iran Hassan Rouhani mengancam Israel sebagai respons kemarahan mereka terhadap serangan siber yang dilakukan pada fasilitas nuklirnya di Natanz, pada saat pembicaraan Wina berlangsung.
Berdasarkan keterangannya di depan kabinet, Rouhani mengungkapkan bahwa Iran akan membalas serangan yang disebut Iran sebagai terorisme nuklir ini dengan mengoperasikan mesin sentrifugal IR6. Mesin ini memiliki kecepatan memurnikan uranium lebih cepat 10 kali ketimbang IR1.
"Rakyat kita harus tahu bahwa jika suatu saat mereka bersekongkol melawan bangsa kita dan jika Zionis mengambil tindakan terhadap kita, kita akan merespon dan tindakan pertama kita adalah mengganti IR1 dengan IR6," katanya seperti dikutip dari situs resminya pada Rabu (14/4/2021).
Bloomberg melaporkan bahwa Ali Akbar Salehi, kepala Organisasi Energi Atom Iran, mengatakan serangan di fasilitas Natanz yang menampung ribuan sentrifugal gas menunjukkan ada upaya untuk menggagalkan kemajuan atom Iran dan diplomasi yang sedang berlangsung di Wina.
Dia tidak merinci lebih lanjut, tetapi di masa lalu Iran menyalahkan Israel atas serangan terhadap infrastruktur nuklirnya dan insiden kematian ilmuwan atom Iran terkemuka.
Pemerintah Israel menentang kesepakatan nuklir 2015 dan tidak ingin AS mencabut sanksi terhadap Teheran tanpa kesepakatan baru yang membahas rudal balistik dan pasukan proksi regional yang telah memerangi Israel. Kedua negara dalam beberapa pekan terakhir saling menuduh menargetkan shippin mereka
Baca Juga
Rouhani mengatakan jika Amerika Serikat mencabut sanksinya, Iran siap kembali kepada komitmen pada 2015.
"Siapapun yang mau menganggu ketenangan dan aktivitas legal Iran, kami akan merespons mereka dengan beritandak sesuai dalam kerangka hukum. Dan jika Zionis mengambil tindakan yang melawan Iran, kami akan merespons mereka," tegasnya.
Pembicaraan Wina merupakan upaya negara-negara Eropa untuk merundingkan kembali AS kepada kesepakatan 2015 yang mengekang aktivitas atom Iran dengan imbalan keringanan sanksi, sebelum Presiden Donald Trump membatalkannya tiga tahun lalu.
Dalam sebuah tweet, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan serangan di Natanz telah melepaskan spiral berbahaya. Hal ini ditujukan kepada administrasi Biden.
Zarif mengatakan tidak ada banyak waktu dan tidak ada alternatif lain bagi Washington selain kembali kepada perjanjian multipartai dan hapus sanksi AS terhadap Iran.