Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat menuduh China melakukan kampanye media sosial yang dikelola negara dan memboikot perusahaan yang menolak menggunakan kapas dari wilayah Xinjiang.
Dikhawatirkan, tanaman kapas tersebut diproduksi dengan kerja paksa oleh minoritas Muslim Uyghur.
Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Jalina Porter mengatakan China telah menargetkan bisnis Amerika, Eropa, dan Japang yang menghindari kapas Xinjiang.
Dia menilai hal tersebut sama saja dengan boikot perusahaan dan konsumen yang dijalankan negara.
"Kami mendukung dan mendorong bisnis untuk menghormati hak asasi manusia sejalan dengan prinsip pedoman PBB tentang bisnis dan hak asasi manusia," katanya seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (27/3/2021).
Pernyataan itu adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk memanggil China dan menyoroti tuduhan kerja paksa dan pelanggaran lainnya terhadap Uighur di Xinjiang.
Baca Juga
AS menyatakan pemerintah China telah menahan lebih dari 1 juta orang Uighur dan etnis dan agama minoritas lainnya di kamp-kamp interniran "pendidikan ulang". Namun tuduhan tersebut dibantah Beijing.
Sebelumnya, pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan tindakan keras China di Xinjiang sama dengan genosida.
Pada bulan Januari, AS mulai melarang masuknya semua produk kapas dan tomat dari Xinjiang. Perintah tersebut juga berlaku untuk produk dari negara lain yang menggunakan kapas dan tomat dari daerah tersebut.
AFL-CIO, organisasi tenaga kerja terbesar AS, telah menuntut agar Presiden Joe Biden juga memblokir impor produk tenaga surya yang mengandung polysilicon logam dari Xinjiang dengan alasan mungkin melibatkan kerja paksa.