Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Joe Biden Tak Akan Biarkan China Saingi AS Jadi Negara Terkuat

Joe Biden berjanji akan mengeluarkan investasi lebih banyak pada inovasi dan infrastruktur untuk mencegah China menyaingi AS untuk menjadi negara terkuat.
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada 2011./Antara/HO-China Daily
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada 2011./Antara/HO-China Daily

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan tidak akan membiarkan China menjadi negara terkuat. Namun, dia bungkam soal kebijakan tarif impor yang pada pemerintahan sebelumnya telah menciptakan perang dagang.

Dilansir Bloomberg, Jumat (26/3/2021), Biden berjanji akan mengeluarkan investasi lebih banyak pada inovasi dan infrastruktur untuk mencegah China menyaingi AS untuk menjadi negara terkuat.

"Saya melihat persaingan ketat dengan China," kata Biden di Gedung Putih. “Mereka memiliki tujuan untuk menjadi negara terdepan di dunia, negara terkaya di dunia, dan negara terkuat di dunia. Itu tidak akan terjadi dalam pengawasan saya karena Amerika Serikat akan terus tumbuh dan berkembang," lanjutnya.

Pada saat yang sama, Biden menolak menjawab pertanyaan soal apakah dia berniat mempertahankan tarif impor kepada China atau menangguhkan produk yang diproduksi dari wilayah Xinjiang.

"Masing-masing pertanyaan itu sah-sah saja, tetapi hanya menyentuh sedikit tentang bagaimana sebenarnya hubungan [kami] dengan China," katanya.

Dalam pidatonya dia menegaskan bahwa AS menjunjung tinggi hak asasi manusia dan akan terus bekerja sama dengan sekutu untuk menyerukan kepada China agar menghentikan kekerasan pada etnis Uighur dan kebijakannya di Hong Kong.

“Begitu seorang presiden lari [dari masalah itu], seperti yang terakhir dilakukan, adalah saat kita mulai kehilangan legitimasi kita di seluruh dunia,” tambahnya.

Presiden AS mengatakan dia akan mengundang 'aliansi demokrasi' ke Gedung Putih 'untuk membahas masa depan' dan memastikan semua orang memiliki pandangan yang sama sehubungan dengan China.

Seperti diketahui, Biden tengah membuka lembaran baru dengan China setelah tindakan Presiden Donald Trump yang menetapkan tarif impor dan menyalahkan Beijing terkait dengan penyebaran Covid-19.

Pidato Biden tersebut disampaikan beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu tatap muka dengan jajaran pejabat China yang mendiskusikan HAM di Alaska.

Blinken mengatakan AS menyuarakan keprihatinan atas berbagai masalah termasuk tindakan keras China di Xinjiang, Taiwan, dan Hong Kong, serta serangan sibernya. Sementara itu, Yang Jiechi, anggota Politbiro Partai Komunis mengecam dan menyebutnya sebagai tindakan kemunafikan Amerika dan menyebut AS sebagai "juara" serangan dunia maya.

Pada Jumat, China menetapkan sanksi kepada sejumlah anggota parlemen Inggris dan empat entitas akibat tudingannya soal Xinjiang. Individu dan keluarganya dilarang masuk atau melakukan perdagangan dengan warga dan institusi China.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper