Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Militer Myanmar Tuding Pendemo Lakukan Kekerasan, Korban Tewas Capai 261 Orang

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyatakan sedikitnya 261 orang telah tewas dalam tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan.
Ilustrasi Bisnis.com
Ilustrasi Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Militer Myanmar menuding pengunjuk rasa anti-junta telah melakukan pembakaran dan kekerasan ketika negara-negara barat memberlakukan sanksi terhadap individu dan kelompok yang terkait dengan kudeta bulan lalu. 

Juru bicara junta, Zaw Min Tun mengatakan 164 pengunjuk rasa telah tewas dalam kekerasan itu dan menyatakan kesedihan atas kematian tersebut.

"Mereka juga warga kami," katanya dalam konferensi pers di ibu kota Naypyitaw seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (23/3/2021).

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyatakan sedikitnya 261 orang telah tewas dalam tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan.

Tiga orang tewas di kota kedua Myanmar, Mandalay dalam kerusuhan Senin, termasuk seorang remaja laki-laki, kata saksi mata dan laporan berita.

Pasukan keamanan melancarkan lebih banyak penggerebekan di beberapa bagian Yangon pada Senin malam dengan tembakan sehingga beberapa orang terluka, menurut kantor berita Mizzima.

Junta telah mencoba untuk membenarkan kudeta dengan mengatakan pemilihan 8 November yang dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi adalah penipuan. Akan tetapi tuduhan itu ditolak oleh komisi pemilihan umum.

Pemimpin militer telah menjanjikan pemilihan baru tetapi belum menetapkan tanggal dan telah menyatakan keadaan darurat.

Zaw Min Tun mengatakan sembilan anggota pasukan keamanan telah tewas.

"Bisakah kita menyebut ini unjuk rasa damai?" katanya, sambil menunjukkan video pabrik yang terbakar. Negara atau organisasi mana yang menganggap kekerasan ini damai?", katanya.

Dia mengatakan pemogokan dan rumah sakit yang tidak beroperasi sepenuhnya telah menyebabkan kematian, termasuk akibat Covid-19.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper