Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Lanjut Pakai AstraZeneca, PM Chan-ocha Divaksin Pertama

Thailand sebenarnya berencana melakukan penyuntikan perdana dengan vaksin AstraZeneca pada Jumat lalu, namun akhirnya ditunda.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha memberikan keterangan pada 28 Februari 2021/Bloomberg-Andre Malerba
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha memberikan keterangan pada 28 Februari 2021/Bloomberg-Andre Malerba

Bisnis.com, JAKARTA - Thailand akan melanjutkan jadwal vaksinasi Covid-19 menggunakan produksi AstraZeneca pada Selasa (16/3/2021) setelah sempat menunda penyuntikan pertamanya pada Jumat lalu.

Dilansir dari Channel News Asia pada Senin (15/3/2021), juru bicara pemerintah Natreeya Thaweewong mengumumkan bahwa penyuntikan akan dilanjutkan setelah penundaan singkat karena kekhawatiran atas keamanannya, melalui group percakapan dengan media.

Natreeya Thaweewong mengatakan vaksinasi pertama akan dilakukan kepada Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha dan jajaran menterinya pada Selasa pagi.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan vaksin AstraZeneca akan disuntikkan kepada anggota kabinet setelah mendapat persetujuan ahli kesehatan.

Menurutnya, sejumlah negara melaporkan tidak ditemukannya kejadian pembekuan darah sebagai efek samping setelah vaksinasi. Dengan demikian, pemerintah akan melanjutkan rencana vaksinasi sebanyak 61 juta dosis bagi rakyatnya.

“Komite akademik mengatakan [vaksinasi] harus diberikan dan sore ini mereka akan bertemu untuk meyakinkan,” ujarnya,

Awalnya, PM Prayuth Chan-Ocha dan kabinetnya dijadwalkan vaksinasi Covid-19 pada Jumat, 12 Maret 2021. Namun ditunda setelah adanya penangguhan vaksin AstraZeneca di beberapa negara Eropa.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah negara di Eropa memutuskan untuk menunda vaksinasi AstraZeneca untuk penduduknya, seperti Italia, Norwegia, Denmark, Irlandia, dan Belanda.

Pihak AstraZeneca menyatakan tinjauan data keamanan dari penerima vaksin Covid-19 buatannya menunjukkan tidak adanya bukti peningkatan risiko pengentalan darah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper