Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat politik Salim Said membeberkan adanya anggapan bahwa Partai Demokrat mencoba menarik simpati masyarakat di tengah kekisruhan yang tengah dihadapinya belakangan ini.
Pola ini, menurut Salim, serupa dengan apa yang terjadi dengan Partai Demokrat ketika berhasil menjadikan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sebagai presiden pada pemilihan umum 2004.
Salim mengatakan saat itu SBY tidak sepenuhnya menjadi presiden atas upaya Partai Demokrat. Menurutnya, ada faktor lain yang memungkinkan SBY menjadi Presiden RI ke-6.
"Jadi tidak seluruhnya karena partai Demokrat. Formalnya adalah partai demokrat, legalnya. Tapi ada sesuatu yang lain, ini penting diketahui," ujarnya saat diwawancarai Karni Ilyas dalam video yang diunggah di akun YouTube, Karni Ilyas Club, Kamis (11/3/2021).
Faktor lain tersebut, sambung dia, adalah SBY mendramatisir tingkah laku politik almarhum Taufik Kiemas yang merupakan suami dari Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5. Penilaian Taufik Kiemas terhadap SBY, jelas dia, dimanfaatkan oleh para pengikut SBY untuk mencari popularitas.
"Dicerca Taufik Kiemas, disebut cengeng atau apa, sehingga orang menyatakan bahwa Pak SBY atau pengikut SBY mendramatisir tingkah laku politik TK untuk popularitas beliau," jelas dia.
Salim pun mengaitkan pola itu dengan kekisruhan yang terjadi di tubuh Partai Demokrat saat ini. Seperti diketahui, sejumlah pihak menggelar kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat, (5/3/2021).
KLB tersebut menetapkan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko sebagai Ketua Umum untuk periode 2021-2025 menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan putra sulung SBY.
"Sekarang ini muncul lagi tuduhan itu bahwa permainan ini adalah usaha untuk menarik simpati dengan mengatakan lihat tuh Moeldoko penguasa di sekitar presiden menganiaya Partai Demokrat. Ada dugaan seperti itu."