Bisnis.com, WASHINGTON - Donald Trump tetap menjadi nama yang menarik bagi Partai Republik.
Meski tidak lagi jadi orang nomor satu di Amerika Serikat, nama Donald Trump dinilai layak untuk penggalangan dana dan materi lainnya.
Di sisi lain, Trump melaluis suratnya meminta agar nama dirinya tidak digunakan lagi. Demikian disampaikan seorang pengacara untuk partai itu, Senin waktu setempat.
Surat yang dikirim pengacara Trump pada Jumat ke Komite Nasional Republik, Kampanye Kongres Nasional Republik, dan Kampanye Senat Republik Nasional, telah meningkatkan ketegangan antara kedua kubu.
Seorang penasihat Trump mengatakan pada Sabtu bahwa Trump sensitif terhadap penggunaan nama dan kemiripannya untuk tujuan pencitraan merek.
Trump kesal karena tiga kelompok telah mendukung anggota parlemen dari Partai Republik yang bergabung dengan Demokrat dalam pemungutan suara untuk memakzulkan dirinya terkait penyerbuan Capitol AS pada 6 Januari oleh pengunjuk rasa pro Trump.
Dalam surat tanggapan, Komite Nasional Republik (NRC) mengatakan bahwa Trump "menegaskan kembali" kepada Ketua RNC Ronna McDaniel selama akhir pekan bahwa dia menyetujui penggunaan namanya saat ini oleh partai, tulis Justin Riemer, pengacara utama RNC.
Partai itu juga berpendapat bahwa pihaknya memiliki "hak untuk merujuk ke tokoh masyarakat saat partai itu terlibat dalam pidato politik inti yang dilindungi Amandemen Pertama."
Surat itu mengindikasikan Trump akan berpartisipasi dalam kegiatan donor partai yang dijadwalkan bulan depan di Palm Beach, Florida, yang merupakan kawasan bagi tempat peristirahatan Mar-a-Lago Trump.
Perwakilan Trump tidak segera menanggapi permintaan komentar atas surat itu.
Dalam upaya terpisah dari Partai Republik, Trump menggunakan Save America SuperPAC-nya untuk mengumpulkan uang, sebagian untuk membantu kandidat Republik yang dipilih sendiri dalam pemilihan kongres 2022.
Beberapa dari mereka diharapkan menantang petahana Republik yang oleh Trump dianggap tidak setia.
Namun, Trump telah berkomitmen untuk membantu Partai Republik mencoba memenangkan kembali kendali Dewan Perwakilan Rakyat AS dan Senat dalam pemilihan 2022 yang akan menjadi referendum awal atas kepemimpinan Presiden Demokrat Joe Biden.