Bisnis.com, JAKARTA - Dua lagi pengunjuk rasa tewas akibat luka tembak di kepala di Myanmar pada hari ini, sementara toko-toko, pabrik dan bank ditutup di kota utama Yangon sebagai bagian dari pemberontakan dan mogok kerja untuk melawan penguasa militer negara itu.
Foto yang diposting di Facebook menunjukkan tubuh dua pria tergeletak di jalan di kota utara Myitkyina. Beberapa orang kemudian terkena tembakan dari gedung-gedung di dekatnya.
Saksi mata mengatakan mereka ikut serta dalam protes ketika polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata.
Seorang saksi mata, yang mengatakan turut membantu memindahkan mayat-mayat itu, mengatakan bahwa dua orang ditembak di kepala dan meninggal di tempat. Dalam aksi unjuk rasa hari ini, tiga orang juga dikabarkan terluka.
"Betapa tidak manusiawi membunuh warga sipil yang tidak bersenjata," kata saksi, seorang pria berusia 20 tahun. Kita harus memiliki hak untuk memprotes secara damai, katanya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Seni (8/3/2021).
Namun belum jelas siapa yang menembaki para pengunjuk rasa meskipun polisi dan militer Myanmar berada di tempat protes, kata para saksi.
Baca Juga
Polisi dan militer telah menewaskan lebih dari 50 orang untuk memadamkan demonstrasi harian dan pemogokan terhadap kudeta 1 Februari, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu.
Kerumunan yang berdemonstrasi menentang kudeta berkumpul di Yangon serta kota terbesar kedua, Mandalay dan beberapa kota lainnya, menurut video yang diposting di Facebook. Pengunjuk rasa di Dawei, kota pesisir di selatan, dilindungi oleh Persatuan Nasional Karen, sebuah kelompok etnis bersenjata yang terlibat perang berkepanjangan dengan militer.