Bisnis.com, JAKARTA - Perayaan Hari Wanita Sedunia di Turki diwarnai protes keras kaum perempuan.
Mereka memprotes kebijakan rezim Erdogan yang dituding melanggar hak azasi kaum perempuan, mulai dari pemenjaraan hingga pembunuhan.
Advocates of Silenced Turkey, Minggu (7/3/2021) menyebutkan sebelumnya peringatan Hari Wanita Sedunia tidak pernah dirayakan di Turki.
Mereka mengklaim, kaum perempuan Turki bergerak akibat tekanan yang dilakukan pemerintahan Erdogan.
Penangkapan hingga pembunuhan dilakukan rezim Erdogan kepada mereka yang memperjuangkan hak-haknya pada tahun 2016 lalu.
AST menuding Presiden Recep Tayyip Erdogan mengambil langkah untuk mengkebiri hak-hak azasi manusia pihak-pihak yang berseberangan.
"Pada 2009, 42 persen wanita Turki berusia antara 15 dan 60 tahun menjadi sasaran kekerasan. Indeks Kesenjangan Gender Global 2020 menempatkan Turki di peringkat 130 di antara 153 negara," tulis AST.
Sejak dugaan upaya kudeta pada 2016, hak-hak perempuan secara sistematis diabaikan dan dilanggar oleh otoritas Turki.
Banyak wanita yang ditahan menjadi sasaran penggeledahan bahkan ditelanjangi.
"Mereka diminta untuk membuka pakaian dan jongkok sambil telanjang, terkadang dengan membawa kamera. Lebih dari 5.000 wanita telah dipenjara sebagai tahanan politik, 600 wanita ditahan bersama anak-anak mereka termasuk 100 wanita yang sedang hamil atau baru saja melahirkan. 780 bayi dipenjara bersama dengan ibu mereka yang tidak dihukum karena kejahatan apa pun," pihak AST dalam keterangan tertulisnya.
Protes keras terhadap rezim Erdogan di negara-negara lain terus berlangsung. Sementara di Turki aparat Kepolisian menindak tegas aksi protes para perempuan.
Pihak AST menyebut para pengunjuk rasa mengalami tindakan kekerasan dari aparat.