Bisnis.com, JAKARTA – Vaksin Nusantara yang digagas oleh Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto diklaim bisa memproduksi kekebalan tubuh yang memberikan perlindungan seumur hidup.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 untuk Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi mengatakan bahwa klaim ini tetap harus menunggu hasil uji klinis.
“Kita tunggu saja hasil uji klinisnya dan nanti kajian para ahli ya,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/2/2021).
Sebelumnya, diketahui vaksin ini digagas Terawan saat masih menjabat sebagai Menkes setelah mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo agar Indonesia bisa memproduksi vaksin secara mandiri.
Vaksin ini akan dibuat menggunakan sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih, yang kemudian dipaparkan dengan antigen dari Sars-Cov-2. Oleh karena itu, vaksin akan bersifat individual dan tidak bisa disuntikkan secara massal seperti yang dilakukan saat ini.
Saat ini Vaksin Nusantara sudah selesai melalui uji klinis tahap I, dan akan melanjutkan ke tahap uji klinis II.
Baca Juga
Dalam pengembangan vaksin ini, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan AIVITA Biomedical Inc di California, Amerika Serikat dan melibatkan peneliti dari Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, dan Universitas Diponegoro Semarang dan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Selain diklaim bisa memunculkan antibodi seumur hidup, Vaksin Nusantara juga disebut aman untuk segala usia, sehingga bisa digunakan juga untuk anak-anak di bawah 17 tahun sampai usia di atas 60 tahun serta penderita penyakit penyerta.
Menanggapi kabar Vaksin Nusantara memasuki tahap uji klinis II, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku siap menyediakan fasilitas milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menunjang riset vaksin Covid-19 tersebut. "Tujuh rumah sakit daerah milik Pemprov akan saya berikan semuanya untuk itu," ujar dia.
Menurut Ganjar, berdasarkan penuturan mantan menkes Terawan yang merupakan salah satu penggagas riset tersebut, vaksin ini lebih aman karena sampel DNA yang diambil dari Indonesia.
"Dari ceritanya, metode dan metodologi penggunaannya, vaksin ini jauh lebih aman," kata Ganjar.