Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Jerman telah menyarankan agar suntikan Oxford-AstraZeneca tidak diberikan kepada mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
Dikutip dari The Guardian, masalahnya bermuara pada kurangnya data tentang kemanjuran vaksin pada kelompok usia ini.
Komite tetap vaksinasi dari Robert Koch Institute, badan pengontrol penyakit Jerman, mengungkapkan bahwa tidak ada cukup data untuk menilai seberapa efektif vaksinasi di atas 65 tahun.
Dalam studi Lancet yang dirilis tahun lalu, para peneliti mengatakan tidak ada cukup kasus Covid-19 di antara orang dewasa yang lebih tua pada saat itu untuk mengeksplorasi atau menguji seberapa baik vaksin melindungi mereka dari penyakit tersebut.
“Kemanjuran vaksin pada kelompok usia yang lebih tua tidak dapat dinilai tetapi akan ditentukan, jika data yang cukup tersedia, dalam analisis di masa mendatang setelah lebih banyak kasus terkumpul,” ungkap Robert Koch Institute dalam studi tersebut.
Prof. Andy Pollard, dari Universitas Oxford, mengakui bahwa kurangnya data bisa dimengerti.
Baca Juga
“Dalam uji coba kami, orang dewasa yang lebih tua direkrut kemudian dan, karena mereka direkrut kemudian, waktu lebih sedikit untuk kasus terjadi dan orang dewasa yang lebih tua diketahui lebih berhati-hati selama pandemi, yang berarti 'tingkat serangan' lebih rendah," ujarnya.
AstraZeneca menekankan bahwa orang dewasa yang lebih tua direkrut kemudian karena tim ingin memastikan bahwa vaksin itu aman sebelum memberikannya kepada kelompok usia yang lebih tua.
Dikutip dari BBC, Badan Obat Eropa akan memutuskan izin vaksin Covid-19 untuk semua wilayah Uni Eropa pada hari Jumat (29/1/2021).
Inggris telah menggunakan vaksin AstraZeneca dalam program imunisasi massal selama berminggu-minggu, dan pejabat kesehatan masyarakat mengatakan bahwa vaksin itu aman dan memberikan perlindungan tingkat tinggi.
Adapun, pengumuman Jerman terkait dengan vaksin AstraZeneca terhadap lansia datang ketika Uni Eropa berselisih dengan produsen terkemuka itu atas kekurangan vaksin di benua itu.
AstraZeneca yang berbasis di Inggris mengatakan masalah produksi di pabriknya yang berbasis di Eropa membuat perusahaan tidak akan dapat memberikan jumlah dosis yang dijanjikan ke blok tersebut.
Tetapi Uni Eropa menegaskan perusahaan harus menghormati komitmennya. Uni Eropa sendiri menyerukan kepada anggota untuk menggunakan semua cara legal untuk mengamankan pasokan.