Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan baterai kendaraan listrik China GEM Co Ltd akan menggandakan kepemilikannya dalam proyek nikel Indonesia, sehingga menjadi investor mayoritas untuk memperkuat "kendali strategis" sumber daya di tengah kekurangan nikel.
Dikutip dari The Star, di bawah kerangka nota kesepahaman (MoU), GEM mengatakan dalam sebuah pernyataan, Jingmen salah satu unit usaha GEM, telah setuju dengan mitra dalam proyek di Taman Industri Morowali Indonesia untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi 72% dari 36%.
Adapun ketentuan finansial dari MoU yang belum diselesaikan tidak diungkapkan. Selain itu tidak jelas kapan MoU akan diimplementasikan.
Pabrik, yang dirancang untuk memproduksi bahan kimia yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dengan kapasitas tahunan 50.000 ton, diharapkan mulai berproduksi pada akhir 2020, namun ditunda karena pandemi virus korona.
GEM telah merencanakan proyek tersebut bersama dengan produsen stainless dan nikel Tsingshan Group, sebuah unit dari Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL), rumah perdagangan Jepang Hanwa Co Ltd dan PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) pada 2018.
Di samping 36% saham unit GEM Jingmen saat ini, unit CATL memegang 25%, Tsingshan memiliki 21% dan sisanya dimiliki oleh IMIP dan Hanwa.
Berdasarkan MoU tersebut, Jingmen akan meningkatkan kepemilikannya di unit CATL dan Tsingshan masing-masing sebesar 60% dan 100%, meningkatkan kepemilikan keseluruhannya atas proyek Indonesia menjadi 72%.
Saham IMIP dan Hanwa akan terpengaruh langsung oleh kesepakatan tersebut. CATL, Hanwa dan IMIP tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar, sementara Tsingshan menolak berkomentar.