Bisnis.com, JAKARTA – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memang dinilai bisa menjadi solusi belajar di masa pandemi. Namun, kegiatan ini tak boleh berjalan secara permanen.
Melalui Seminar Hasil Penelitian Tahun 2020 yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Peneliti dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Nadiroh, menjelaskan penelitian yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19”.
Nadiroh menjabarkan, bahwa pembelajaran jarak jauh merupakan solusi di masa pandemi Covid-19. Namun, hal ini tidak boleh dipermanenkan bagi pendidikan dasar, karena pendidikan dasar membutuhkan internalisasi literasi karakter yang membentuk akhlak mulia sejak dini.
“Pemerintah telah memberikan jaminan kepastian pelaksanaan pembelajaran di sekolah bisa teratasi, meskipun butuh adaptasi dan transformasi dengan model [blended atau hybrid learning] secara sistematik,” ujar Nadiroh, mengutip keterangan resmi Kemendikbud, Jumat (11/12/2020).
Dalam mengatasi permasalahan PJJ pada siswa Sekolah Dasar (SD), peneliti lain dari UNJ, Ilza Mayuni memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan.
Pertama, penerapan kebijakan dalam PJJ dilakukan untuk meningkatkan efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh berbasis smart education.
Kedua, pengembangan skill atau kompetensi berbasis TIK yang inovatif dan kreatif bagi penggunanya, yang disesuaikan dengan karakteristik dan gaya belajar dari peserta didik.
Ketiga, pengembangan kerangka kerja Smart Education yang akan membantu di masa depan dalam membuat pendidikan adaptif dan transformatif.
Ilza juga memberikan paparan mengenai penelitiannya yang berjudul “Program Pendampingan Literasi Berbasis Daring pada Masa Tantanan Baru bagi Guru SMPN”.
Dia menjelaskan, bahwa pengenalan Model Sheltered Instruction Observation Protocol (SIOP) pada program ini berhasil membantu guru dalam merancang dan mempraktikkan strategi pengajaran literasi yang lebih efektif, kreatif, dan berbasis kebutuhan siswa.
“Materi (modul) pendampingan pembelajaran dan pengayaan literasi berbasis genre atau sesuai dengan kurikulum Bahasa Inggris 2013 dapat mendorong peningkatan kompetensi dan pedagogi guru,” ujar Ilza.
Kendati demikian, Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nunuk Suryani dan Syaikhu Usman, sebagai pembahas penelitian berpendapat bahwa penelitian yang dilakukan masih perlu pengembangan lebih lanjut sebelum menjadi dasar pembuatan kebijakan.
“Kesimpulannya adalah perlu adanya lagi langkah-langkah operasionalnya dari ketiga penelitian ini agar dapat menjadi dasar kebijakan yang akan diambil,” kata Syaikhu.