Bisnis.com, JAKARTA -- Sunat bagi sebagian masyarakat tidak sekedar menjalankan ajaran agama, tapi ada manfaat kesehatan bagi tubuh. Tujuan dilakukannya khitan adalah untuk menjaga ujung kemaluan agar tidak terkumpul kotoran, dan leluasa untuk buang air kecil.
Karenanya, dengan disunat diyakini dapat menurunkan risiko infeksi saluran kemih dan kanker penis, serta membersihkan alat kelamin. Terlebih disunat juga tidak akan mengurangi kenikmatan saat berhubungan suami isteri, yang ada malah menambah kenikmatan.
Dokter Spesialis Bedah Saraf Mahdian Nur Nasution mengatakan bahwa sunat merupakan operasi pengangkatan atau pelepasan kulup (kulit yang menutupi ujung penis). Ada berbagai metode sunat yang ditawarkan kepada masyarakat. Namun sebelum sunat dilakukan, ada baiknya orangtua mencari tahu lebih dalam mengenai teknik sunat dan tenaga medis yang tepat.
“Orangtua jangan sampai keliru memilih teknik sunat. Salah satu teknik sunat yang dipilih orangtua adalah electrical cauter atau yang sering disebut sunat laser. Namun, harus dipahami bahwa sunat laser bukan berarti sunat menggunakan sinar laser. Istilah sunat laser ini sebenarnya keliru, tidak menggunakan sinar laser melainkan alat yang dinamakan electric cauter,” terangnya, dalam rilis yang diterima Bisnis, Selasa (8/12/2020).
Electric cauter sendiri berupa lempengan logam yang dipanaskan. Jika dialiri dengan listrik, ujung logam akan menjadi panas dan berwarna merah, sehingga dapat digunakan untuk memotong kulup.
“Namun, karena metode sunat laser ini menggunakan lempengan logam yang dipanaskan, jika salah penggunaannya, maka dapat berisiko menimbulkan luka bakar,” ujarnya.
Baca Juga
Hal ini pula yang terjadi pada salah seorang anak asal Pekalongan yang kepala kelaminnya ikut terpotong setelah disunat dengan menggunakan teknik tersebut. Peristiwa yang terjadi pada September 2018 ini menjadi salah satu resiko yang tentu saja akan mempengaruhi kondisi psikologis dan fisik korban kelak ketika dia dewasa.
Dokter yang juga Pemilik Rumah Sunat dr Mahdian s angat tidak menyarankan sunat dengan teknik electrical cauter. Menurutnya, teknik ini sangat berbahaya bagi yang disunat. Fatal bisa saja penis terpotong atau amputasi seperti kasus tersebut di atas.
"Teknik electrical cauter ini adalah metode yang paling berbahaya. Jadi teknik yang digunakan electrical cauter itu memang alat yang digunakan untuk sunat yang paling berisiko terjadinya amputasi,” tuturnya.
Mengapa berbahaya karena logam yang panas ini bisa menyebabkan luka bakar pada bagian kelamin. Sebenarnya, electric cauter adalah alat bedah yang digunakan untuk memotong kulit atau pembuluh darah sehingga pendarahan yang muncul akan minimal.
Hanya saja, alat ini sudah banyak yang dimodifikasikan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk lempengan logam yang dipanaskan seperti pemanas air. Karena dimodifikasi itulah teknik ini tidak direkomendasikan.
Karenanya, meski teknik ini lebih cepat, tetap tetap disarankan untuk tidak memilih teknik ini. Kalaupun tetap ingin menggunakan teknik ini harus dipastikan bahwa petugas yang melakukan adalah tenaga medis yang tepat, yang ahlinya, yaitu dokter spesialis bedah.
Namun, umumnya sunat dengan teknik ini sangat jarang dilakukan oleh dokter, melainkan orang yang tidak tepat. Karena itu, masyarakat diminta untuk berhati-hati.
"Kalau tepat menggunakannya sangat bermanfaat karena sunat jadi cepat, menjahit jadi lebih mudah dan risiko infeksi lebih mudah. Tapi kalau penggunaan salah bisa timbulkan luka bakar. Bukan manfaat yang di dapat. Bukan cepat sembuh. Jadi lebih lama dan merusak jaringan kulit pada penis," tegasnya.
Dokter Mahdian merekomendasikan metode modern, yaitu Mahdian Klem yang lebih sedikit risiko dan hanya membutuhkan waktu singkat. Pada metode operasi ini, waktu yang dibutuhkan hanya lima menit dan pasien bisa kembali beraktivitas dalam waktu satu hari.
Mahdian Klem merupakan satu-satunya klem produksi anak bangsa yang bahkan telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Alasannya, karena memperkecil risiko terjadinya infeksi silang yaitu infeksi karena pemakaian alat yang sama pada satu pasien ke pasien lain, mengingat teknik ini hanya sekali pakai.
"Teknik ini aman untuk segala usia, apalagi untuk bayi yang suka mengompol. Tak ada larangan untuk tak boleh kena air setelah itu," tambahnya.
Menggunakan Mahdian Klem juga lebih mudah bagi operator (dokter, perawat), tidak memerlukan rotasi saat pemasangan tabung dan penjepit klem sehingga posisi penis tidak miring setelah pelepasan tabung, secara kosmetik lebih baik.