Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebih dari 7.500 Orang Setuju Petisi Tolak Galon Sekali Pakai

Petisi menolak galon sekali pakai telah mendapatkan dukungan lebih dari 7.500 orang, hingga pukul 17.10 WIB, Jumat (4/12/2020).
Sampah plastik yang menutupi Sungai Citepus, Bandung, Jabar.  ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Sampah plastik yang menutupi Sungai Citepus, Bandung, Jabar. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA -- Petisi menolak galon sekali pakai telah mendapatkan dukungan lebih dari 7.500 orang, hingga pukul 17.10 WIB, Jumat (4/12/2020). Seperti diketahui, inovasi salah satu perusahaan air mineral, Le Minerale tengah menjadi sorotan.

Petisi ini dimulai oleh Elhan dan Helfia kepada PT Tirta Fresindo. Mereka merasa galon sekali pakai dari Le Mineralle tidak sesuai dengan upaya mereka mengurangi sampah plastik.

“Udah sulit mengurangi wadah plastik sekali pakai, eh malah muncul produk galon sekali pakai. Alasannya demi higienitas. Jadi maksudnya galon isi ulang dari produsen lain gak higienis gitu?,” mengutip petisi yang telah tayang selama 6 hari tersebut.

Petisi tersebut bertujuan untuk mendorong galon sekali pakai Le Mineralle ditarik dari pasaran. Mereka menyatakan bahwa masyarakat berhak mendapatkan lingkungan bebas dari sampak plastik sekali pakai.

Adapun selama ini galon plastik yang beredar di pasaran adalah galon yang bisa berulang kali dipakai atau diisi ulang. Apabila ingin membeli air minum dalam kemasan galon, konsumen harus menukarkan galon lamanya terlebih dahulu kepada toko atau distributor air.

Le Mineralle adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia yang diproduksi oleh PT Tirta Fresindo Jaya. Perusahaan ini adalah sister company PT Mayora Indah Tbk. (MYOR).

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) menyatakan penggunaan galon plastik sekali pakai dan botol air kemasan sangat membantu ekonomi rakyat kecil di Tanah Air. Lebih bagus [galon] sekali pakai untuk mendukung pendapatan pemulung dan pengepul sampah. Saya melihatnya lebih global, Indonesia ini negara berkembang, masih tingginya tingkat pengangguran,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima oleh Bisnis pada Rabu (2/12/2020).

Lebih lanjut, Saut menjelaskan persoalan yang sangat mendesak di depan mata adalah masalah kemiskinan. Masyarakat yang berpenghasilan sebagai pemulung atau pemungut sampah saat ini terbilang banyak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper